Jumat, 20 Agustus 2021

Mata tak mau terlelap

Mata tak mau terlelap

Oleh: Zikria Desi Anggraini

 

Kantuk datang di waktu petang

Tetapi mata tetap saja menantang

Gundah hati pun datang menerjang.

Hati gelisah bak perawan

Menunggu datangnya lamaran

Tadi sudah mendengar kabar kawan

Nilainya sungguh sangat diluar dugaan.

Diri langsung tertantang tuk mendapati

Yang setidaknya sama agar tak terlewati

Namun malas selalu datang menyelimuti

Merasa lelah tak berdaya yang didapati

Hanya terpecut namun tak menuruti.

Ingin membaca namun hati bimbang

Karena mata terasa mengambang

Pikiran masih saja terkekang

Belenggu resah tak jua menghilang

Gawai dibuka sebagai upaya berjuang

Belum dicoba nyanyian kantuk berdendang.

Doa malam pun dipanjatkan pada sang kuasa

Berharap di malam nanti dapat terbiasa

Merangkai kata yang luar biasa

Menunjukkan diri telah bisa

Menempuh waktu yang tersisa.

Menuliskan semua yang dialami

Membuat hati lebih terobati

Mata akhirnya mengerti

Kantuk yang menyelimuti.

Semoga esok fajar lebih cerah

Memberikan senyumnya walau secercah

Agar gundah hilang jauh ke negeri antah berantah.

 

Cilacap, 20 Agustus 2021

 

 

 

 

 

MENANTI UJIAN

 

 MENANTI UJIAN

Oleh: Zikria Desi Anggraini

 

Tak terasa hari terus berlalu 

awalnya kupikir aku takkan mampu

menjalani semua yang masih membuatku ragu

keraguan selalu datang memburu hati yang rapuh

jiwa yang merindukan bayang yang jauh

tak menahu apa yang ditempuh

hanya bisa mengeluh

 sepotong hati yang merindui

ketentraman jiwa yang hilang bak dibui

duka nestapa merasuki kalbu dan menghantui 

tanpa memikir takdir illahi yang tak pernah diketahui

kerapuhan hati memporak porandakan kisah yang belum dilalui 

beginilah jika hati dan pikiran tak mau berjalan beriringan

 jantung berdegup kencang bak maling kelimpungan

memikirkan ujian yang akan segera dilaksanakan

persiapan matang pun tak menjadi jaminan

karena kemampuan harus dipertanyakan

mampukah aku tuk melaksanakan

Wahai Engkau Tuhanku

berilah kelapangan dalam hatiku

agar dapat melangkah melalui kisahku

menjalani apa yang Engkau jadikan takdirku

dengan pikiran tenang yang bertahta dalam jiwaku

kisah demi kisah telah terdengar begitu indah

semoga esok menjelang tidak akan berubah

agar senyumku mengembang merekah

mewarnai hari-hari yang cerah

kini debar jantungku masih cukup kencang

tapi rasa gundah dihatiku telah sedikit menghilang

mendengar kisah bahwa sang penguji ternyata orangnya riang

 

Cilacap, 20 Agustus 2021



 


PENCERAHAN

PENCERAHAN

Oleh: Zikria Desi Anggraini

Pertama Bersama rasa tak berdaya
Bagai tong kosong dipukul nyaring suaranya
Tak ada kata yang dapat diungkapkan untuk bergaya.

Pertanyaan datang tak terelakkan
Tak ada waktu tuk dapat mengurai jawaban
Semua pertanyaan yang hanya melintas dipikiran
Tanpa memiliki kesempatan menguntai kata yang sejalan.
Kata-kata bak tertelan oleh waktu yang berjalan dengan cepat
Tak terasa pagi sudah hilang dan sore pun mulai merapat
Tumpukan tagihan datang tanpa penghambat
Hanya aku yang selalu saja berkutat
Karena tak bisa bekerja cepat.

Usaha terus dilakukan
Meski menguras tenaga dan pikiran
Jiwa dan raga dipaksa bekerja diluar kekuatan
Karena tak terbiasa berjalan di jalan yang penuh lekukan
Kerikil tajam yang menghantam tak pernah melintas dibayangan
Yang ada hanya sebuah dilema yang berkutat tanpa adanya jawaban.
hari pencerahan pun akhirnya datang dengan penuh penjelasan
Beliau dengan penuh kebijakan mengungkap segala alasan
Hanya sebuah kebaikan yang ingin beliau hasilkan
Dengan segala bimbingan yang beliau lakukan
Tanpa pamrih tanpa mengharap imbalan.

Terimakasih kini diucapkan
Atas bimbingan yang telah diberikan
Dengan penuh upaya telah engkau lakukan
Membimbing kami yang memiliki banyak kekurangan.

Dari beliau sang dosen pembimbing telah keluar ungkapan
Dari pada mahasiswa menangis di belakang lebih baik menangis di depan
Karena dimasa mendatang perubahan zaman akan jauh lebih banyak tantangan.

Cilacap, 18 Agustus 2021

 

Sabtu, 31 Juli 2021

Pantun Kemerdekaan

 PANTUN KEMERDEKAAN

Oleh Zikria Desi Anggraini


Menarik bendera penuh perjuangan

Nyawa menghilang tiada mengapa

Mari gembira sambut kemerdekaan

Tanpa penghalang tanpa nestapa


Pasir dipantai berbatu-batu

Batu diambil untuk mainan

Mari pakai slogan bersatu

Tampil maknai kemerdekaan


Berbelok-belok jalan di taman

Memakai sendal untuk proteksi

Rengasdengklok penuh kenangan

Saksi awal teks proklamasi


Siti Rahmawati istri Bung Hatta

berkebaya santun sungguh serasi

Mari peringati dengan berpesta

Membuat pantun tema proklamasi

 

Jiwa Yang Awam

Jiwa Yang Awam

Oleh: Zikria Desi Anggraini


Pagi yang mendung
Seolah tak ingin mendukung
Segala aktivitas jadi terkungkung

Terkungkung kenyataan tak berarti
Hasrat jiwa yang selalu menanti
Gundah hati yang tiada terobati
Nestapa yang tiada mengerti

Jiwa terpajang bagai pelangi
Tangis sendu selalu mengiringi
Senyum tawa ingin mendampingi
Perjuangan panjang akan kuarungi
Demi engkau yang ku sayangi

Tangismu tak dapat kuhindari
Jiwaku berusaha tuk mengingkari
Kesedihan yang terpatri dalam diri
Meski sesal sering membanjiri
Jiwa yang rapuh kuatkan diri
Demi kalian aku berlari

Jiwa yang masih awam
Menelusuri untaian alam
Wahai sang pemberi kalam
Sinari jiwa yang temaram
Sujudku di ujung malam

Wahai sang pencipta 
Kuatkan jiwa yang meronta
Dalam diri sungguh nyata
Hidup yang perlu ditata

Allah Maha Pencipta
Pemilik alam semesta
Ridhoi secara nyata

Rabu, 28 Juli 2021

Kita Lulus Bersama

Kita Lulus Bersama

Oleh: Zikria Desi Anggraini

 

Tantangan datang bersama

Keduanya diwaktu yang sama

PPG dan PPPK seiring seirama

 

Tugas datang penuh kejutan

Hari menjelang penuh harapan

Semua berjalan dengan tujuan

Berjuang demi masa depan

 

Tugas datang tanpa berita

Otak selalu dipaksa untuk mendata

Mata dan telinga dibuka dengan nyata

Tanpa istirahat seolah menjadi derita

Karena Keahlian tidak tertata

 

Jiwa dan raga harus terbiasa

Siap mengalihkan perhatian tanpa terasa

Waktu yang berjalan lambat begitu dirasa

Ingin menjerit meluapkan semua rasa

semuanya sungguh menyiksa

 Kegiatan yang tiada biasa

 

Berjuang melawan tantangan

Tanpa ragu menganggap semua kawan

Memotivasi teman menjadi makanan

Taka da musuh ataupun lawan

Senasib sepenanggungan

 

Setiap kesulitan selalu diatasi

Setiap kelompok berbagi informasi

Kekompakan menjadikan prestasi

Menghilangkan rasa frustasi

 

Tiada usaha yang percuma

Kesulitan dihadapi Bersama

Jargon kita lulus bersama

Jumat, 25 Juni 2021

Jadwal Vaksinasi

Pagi ini ibu kepala sekolah mengingatkan di grup sekolah bahwa saya mendapat giliran vaksin. Agar menaati anjuran pemerintah. Jangan takut dan tetap laksanakan. Demi kesehatan kita. Begitu nasehat beliau.

Saya menjawab dengan mengiyakan. Kemudian mengajak teman guru untuk berangkat bersama. Tadinya saya mengajak pukul 08.00 WIB, tetapi karena pekerjaan rumah belum selesai jadi saya mengganti jam perjanjiannya menjadi 08.30 WIB.

Akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.30 WIB. Bu Ovi sudah menunggu di depan untuk pergi bersama ke balai desa Pucung Kidul. Tempat vaksinnya digabung dengan masyarakat umum. Katanya karena kuota guru tinggal sedikit untuk mempermudah pendistribusian vaksin jadi digabung dengan yang umum.

Sesampainya di Balai Desa, ternyata antrian sudah banyak. Bahkan saya sudah kehabisan antrian. Sedang diusahakan antrian baru. Karena no antrian yang pertama yang berwarna biru sudah habis dan nomor antrian terakhirnya 200. Tidak lupa saya bertanya pada yang bertugas mengurus antrian, kira-kira saya nanti kejatah jam berapa? Dan jawabannya adalah setelah jum’atan. Tentunya dari pada menunggu lama dan penuh sesak, lebih baik saya menunggu di rumah.

Waktu akhirnya menunjukkan pukul 13.00 dan saya kembali mengajak mba Ovi untuk berangkat vaksin. Kali ini sudah tidak begitu mengantri. Langsung saja saya menuju ke petugas yang mengatur antrean. Saya katakan bahwa saya guru, karena memang guru. Kenapa saya harus sampaikan bahwa saya guru, ternyata guru didahulukan. Jika tahu dari pagi begitu aturannya, maka saya tadi pagi tidak perlu kembali meski antrian begitu panjang. Tapi mau bagaimana lagi. Toh sudah terjadi. Yah memang benar kata pepatah ” Malu bertanya sesat di jalan” . Karena saya tidak memastikan tadi pagi jadi saya tahunya mendapat giliran siang. Meskipun sebenarnya tadi pagi saya sudah bertanya. Tetapi saya tidak bertanya langsung ke petugasnya mungkin. Yah…sekali lagi semua sudah diatur. Diambil hikmahnya saja. Jadi tidak berdesak-desakan. Dan juga jadi lebih rileks.

Alhamdulillah hari ini saya sudah divaksin tahap pertama. Tahap keduanya dijadwalkan pada tanggal 23 bulan Juli besok. Semoga saya tetap sehat. Aamiin.

Ibu sambung untuk anak-anakku

Kali ini apalagi yang membuat Iren uring-uringan. Tak hentinya ia mengomel dari tadi pagi. Yang cucian tidak ada habisnya, kamar anak-anak b...