Rabu, 21 April 2021

Merangkai Mahkota Dari Tulisan

Buku Mahkota Penulis, 
Buku Merangkai Tulisan


Dipagi yang cerah ini, saya memulai hari dengan gembira, ceria sesuai dengan pakaian saya yang berwarna pink, karena hari ini saya memakai kebaya sebagai tanda memperingati hari Kartini. Dan bersamaan dengan itu saya juga mendapat tugas untuk mengikuti Santiaji pengawas Ujian Sekolah. Kegiatan berlangsung sampai siang. Sehingga membuat saya terlambat mengikuti kegiatan belajar menulis siang ini. Meski begitu saya tetap menyimak walau disaat-saat terakhir sesi penyampaian materi.

Materi siang ini bertema "Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan."

Narasumbernya adalah Pak H. Thamrin Dahlan, M.Si. Dengan Bu Ditta Widya Utami sebagai moderator.

Curiculum Vitae

H. Thamrin Dahlan M.Si. Alumni Pasca Sarjana UI. Lahir di Tempino Jambi 7 Juli 1952. Purnawirawan Polri terakhir bertugas sebagai Direktur Pasca Rehabilitasi BNN, Pangkat Kombes Pol. Pekerjaan : Dosen dan Penulis serta Pendiri Penerbit Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). Tinggal di Kelurahan Dukuh Kramatjati Jakarta Timur. Aktif menulis sejak 2010 telah menerbitkan 37 Judul Buku. Saat ini Fokus membantu para penulis menerbitkan buku ber ISBN tanpa biaya. YPTD telah menerbitkan 210 Judul Buku.

Website: terbitkanbukugratis.id

Email: thamrindahlan@gmail.com

WA : 08159932527

WAG : Terbitkan Buku Gratis(media komunikasi, informasi dan edukasi literasi YPTD)

Motto Menulis : Penasehat Penakawan Penasaran

Berikut adalah link profil beliau di Kompasiana :

https://www.kompasiana.com/thamrindahlan

Dalam paparan beliau Bapak H. Tamrin Dahlan

Tulisan itu bagaikan air yang mengalir, tetes demi tetes ya mengalir bergabung menuju sebuah muara yaitu lautan. Buku sejatinya berasal dari tulisan-tulisan yang berserakan, dikumpulkan menjadi satu. Ibaratnya Al-Qur’an yang berawal dari mushaf kemudian terkumpul menjadi kitab Al-Qur’an.

Kita semua mempunyai buku. Bisa berupa Raport yang dituliskan oleh guru, Skripsi, Tesis dan Disertasi diterbitkan setelah melalui proses panjang penelitian, pembimbingan dan kemudian di uji hadapan Sidang Majelis Kehormatan Para Guru Besar Universitas.

Jelas sekarang nama kita sudah ada disampul depan buku ilmiah. Tersimpan abadi di perpustakaan kampus. Menjadi kebanggaan dan bukti tak terbantahkan bahwa anda berhak menyandang gelar kesarjanaan secara legal. Pengakuan formal seorang akademisi sebagai pemenuhan kewajibkan memiliki buku. Satu saja yang belum terlekat di cover belakang buku yaitu ISBN (international standard book number)

Beliau Bapak H. Tamrin Dahlan mengisahkan tentang bagaimana beliau terjun didunia tulis menulis.

Buku Pribadi

“Semua berangkat dari motivasi ingin meninggalkan sesuatu nan abadi di muka bumi. Kata seorang teman secara berseloroh janganlah pulak nama awak hanya tertulis di Buku Yasin dan Batu Nissan.”

“Buku adalah keabadian nan memiliki masa berlaku (expired date un limited) tak terhingga bahkan sampai hari kiamat. Oleh karena itu setelah ketika mamasuki usia pensiun tahun 2010 timbul persoalan baru bagaimana mengisi waktu luang yang begitu lapang dan panjang. Bersebab waktu luang yang tak habis kerena memberikan kuliah saya dianjurkan oleh keluarga untuk menulis dari pada termenung menung.”

“19 Agustus 2010 mulai menulis di media sosial kompasiana.com. Terbata bata, berkeringat, resah gelisah, kuatir. Apakah awak pantas menjadi penulis di media besar berpenghuni hebat. Alah bisa karena biasa. Bukan lagi memaksa diri tetapi total tertantang. Kenapa tidak bisa mengikuti jejak Ibunda Hajjah Kamsiah binti Sutan Mahmud (Almarhumah). Seorang keturunan Minangkabau yang diberkahi talenta mahir menulis.”

“Motto penasehat, penakawan dan penasaran, diniatkan menulis berbagi kebaikan. Ssaya merasakan masuk ke dunia baru yang sangat meng asyiek kan. Disinilah inspirasi dan aspirasi serta angan-angan di pentaskan baik dalam bentuk reportase, opini dan fiksi. 3 Jenis tulisan ini mengalir baik air bah sampai sampai saya masuk ke kategori addict (kecanduan menulis).”

Beliau pun berbagi kiat menulis yaitu berupa jargon “Sekali duduk jadi.”

  • Upayakan tidak meniggalkan tulisan
  • Hiraukan kesalahan ketik
  • Ketika blank. Tinggalkan paragraf, masuk ke paragraf baruB
  • Baca berulang ulang pada proses editing
  • Sebagai pemula cukup 5 ParagrafS
  • SegeraPosting tulisan di media sosial.

Menulis Pendek Pendek

a.      Upayakan maksimal 9 kata dalam satu kalimat

b.     Bahasa bicara/seperti bertutur kata

c.      Mudah dimengerti/ pahami

d.     Runtut tidak menjelimet

Sesungguhnya tulisan itu memenuhi kaedah sebuah artikel ketika mencapai 7 paragraf. Jangan pernah meninggalkan tulisan, sudah bisa dipastikan tulisan itu tidak akan pernah tuntas. Duduklah, paksakan diri tulisan wajib selesai tak peduli salah ketik (ada proses edit). Nanti saja bicara kualitas karena indikator bagus tidaknya tulisan sangat subjektif dan variatif.

Melalui metode sekali duduk jadi, lambat laun proses menghasilkan sebuah tulisan seiring berjalan waktu kini hanya membutuhkan waktu kurang dari 40 menit. Kita menulis puisi hanya memerlukan 10 menit asalkan suasana hati sedang mood dan terkait dengan situasi kekinian yang terjadi menyangkut ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya hankam (ipoleksosbudhankam) dalam atau luar negeri.

Ketika menulis reportase taati kaedah 5 W 1 H. (what, where, when, why, who and how). Sebagai bukti liputan original asli tampilkan pula foto selfie bersama teman/keluarga. Misalnya anda sedang wisata di Borobudur, Menara Eiffel atau Ibadah Umroh Masjidil Haram. Bisa juga memposting laporan setelah mengikuti satu event webinar.

Saat menulis pertahankan objektivas, hindari hoax dan selalu memihak kepada kebenaran. Saat menulis opini  sertakan solusi, berupa saran pendapat membangun untuk mengurai permasalahan yang sedang dibahas.

3 Rahasia Menulis dari beliau:

Pertama : Ternyata setiap tulisan itu memiliki Roh. Roh dalam artian tulisan itu hidup dengan syarat karya di tulis kemudian siarkan ke media sosial. Tulisan anda dibaca apalagi diberi komentar (terlepas tanggapan baik atau mencemooh) maka anda sudah berhasil menjadi penulis non buku harian.

Kedua : Buya Hamka meninggalkan pesan bermakna Biarlah tulisan mu itu membela dirinya sendiri, biarlah bukumu itu mengikuti takdirnya.

Ketiga : berupa surprise tak terduga mendapat kesempatan dijamu makan siang di Istana Merdeka. Tak terduga juga bisa berpidato di hadapan Presiden Jokowi.

Buku Muara Tulisan

Ketika tulisan beliau sudah mencapai 500 artikel dengan segala suka duka mendapat aspirasi dan cemoohan kemudian terpikir kenapa tulisan nan terserak itu tidak dijilid. Istilah kumpulan tulisan dijilid resmi ber ISBN bolehlah berbangga di sebut kitab atawa buku. Tahun 2012 terbitlah buku perdana berjudul Bukan Orang Terkenal.

Saking besarnya keinginan memiliki nama disampul buku seperti juga Buya Hamka (guru Imajiner) saya menerbitkan buku berbayar di satu penerbit Jogyakarta. Apalah awak ini mana pula ada penerbit major bersedia menerbitkan buku seorang penulis amatir belum punya “nama”. Judul buku pertama itu sebenarnya bentuk unjuk rasa yang ditujukan kepada diri sendiri.

Bersebab tulisan nan terserak semakin banyak maka proses menerbitkan buku semakin mudah. Ibarat menjilid makalah tak terasa jumlah buku tahun 2019 mencapai 20 kitab. Uni Husna Bundo Kanduang menganjurkan menerbitkan buku sendiri. Terbentuklah Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) 19 Juli 2019. Visi misi fokus dibidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Fokus membantu menerbitkan buku para penulis ber ISBN tanpa biaya alias gratis.

Penggiat Literasi

Keberadaan YPTD memberikan kemudahan menerbitkan buku. Ferbuari 2021 tertera nama Thamrin Dahlan di 37 sampul buku. Bersama teman teman penulis bergiat Literasi sampai Maret 2021 berhasil diterbitkan 210 judul buku ber ISBN Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi para penulis di website YPTD terbitkanbukugratis.id . Diskusi Literasi di WAG Terbitkan Buku Gratis.

Program Bedah Buku setiap malam  Selama 2 pekan sekali telah terselenggara 10 episode. Inilah media mempromosikan buku terbitan YPTD untuk para penulis senior maupun pemula. Secara psikologis ada kepuasan bathin tak terhingga bisa berbagi di bidang literasi.

Mengumpulkan tulisan nan terserak bermuara menjadi Buku. Selamatkan tulisan tulisan itu biarlah mereka berhimpun didalam sebah kitab karena keabadian akan melekat pada dirinya. Buku adalah suatu prestasi penulis. Sebagai tanggung jawab Penerbit YPTD berkewajiban menyerahkan setiap judul buku di Perpustakaan Nasional.

Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) komitmen membantu para penulis menerbitkan Buku Perdana ber ISBN tanpa biaya. Prosedur sangat sederhana dalam waktu 14 hari buku Terbit.

Ada 3 program YPTD.

  1. Penulis telah memiliki Naskah buku.
  2. Penulis aktif posting tulisan di website YPTD terbitkanbukugratis.id setelah terkumpul 40 artikel maka buku akan diterbitkan.
  3. Menerbitkan buku ontologi berupa kumpulan tulisan yang di posting dalam 1 bulan. 
Closing statement dari Bapak Tamrin Dahlan

"Terima kasih kepada Om Jay sahabat lama kompasiana yang bersua lagi di YPTD, Mbak Ditta serta seluruh peserta pelatihan Menulis Gelombang 18. Alhamdulillah tanpa terasa 2 jam berlalu, kita saling berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas Literasi Indonesia. Semoga perjumpaan ini memberikan manfaat bagi kita semua.  Sesuai dengan komitment YPTD membantu penulis menerbitkan buku perdana ber ISBN tanpa biaya kami tunggu Bapak Ibu Guru untuk memperoleh Mahkota seorang Penulis.  Buku adalah keabadian bukti tak terbantahkan bahwa seorang anak manusia pernah hadir di muka bumi Ini. Buku memiliki durasi terlama bahkan sampai hari kiamat dibanding usia manusia. Hubungi YPTD untuk komunikasi, informasi dan edukasi literasi di hp 08159932527 .  Mohon maaf apabila ada sesuatu nan kurang berkenan. Wassalamulaikum"

Kemudian acara ditutup oleh moderator 
"Saya Ditta Widya Utami sebagai moderator memohon maaf apabila ada yang kurang berkenan. Selamat ngabubu-read. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatuh 🙏🏻"

Pelatihan menulis gelombang 18
Pertemuan ke 8
Tema " Buku Mahkota Penulis, Buku Merangkai Tulisan"
Narasumber : H. Thamrin Dahlan M.Si. 
Moderator : Ditta Widya Utami

 

 

Rabu, 14 April 2021

Penerbit Indie

Penerbit Indie By Mukminin, S.Pd., M.Pd

 


 Alhamdulillah siang hari ini kita sampai pada pertemuan ke lima, dengan narasumbernya adalah Bapak Mukminin, S.Pd. M.Pd, yang lebih dikenal dengan Cak Inin.  Untuk moderator pada siang ini adalah Om Bam's. Membuka acara Bu Kanjeng menyapa kami semua, kemudian mempersilahkan pada Om Bam's untuk memulai acara. Om Bam's mengambil alih acara. Beliau menyampaikan kepada kami untuk membuka https://cakinin.blogspot.com/2020/10/curiculum-vitae.html. Isinya tentang data Cak Inin. Ditanyakan oleh beliau kabar dan kesiapan Cak Inin untuk mengisi acara disiang hari ini.

Pukul 13.12 Cak Inin menyapa kami, mengucapkan selamat berpuasa, dan meminta kami mendo'akan rekan/ saudara yang sedang terkena musibah, sekaligus membuka acara dengan bacaan Alfatihah dan yang beragama lain menyesuaikan.

Beliau memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan materi pengenalan Penerbit Indie (Penerbit Independen).

Diawali dengan 5 langkah untuk menulis dan menerbitkan buku.

Tahapan pertama adalah tahap Pra Writing : disini penulis akan mencoba mencari ide untuk menulis. Tema sesuai keinginan penulis. bisa fiksi ataupun non fiksi. idenya bisa dari mana saja, bisa pengalaman, dari membaca buku, koran, majalah, berita, atau kejadian yang sedang berlangsung.

Tahapan kedua berupa drafting/ out line : disini penulis  mulai membuat out line atau daftar isi buku yang akan ditulis atau dikembangkan menjadi  naskah buku. 

Tahapan ketiga wraiting : Ditahap ini seorang penulis mulai menulis dan mengembangkan kerangka atau daftar isi untuk dijadikan naskah yang lengkap. Diperlukan kreativitas dalam  membuat tulisan. Kreatifitas itu berupa kemampuan merangkai kata, kemampuan menggunakan majas, kemampuan berekspresi, agar tercipta tulisan yang menarik dibaca. 

Tahapan ke empat yaitu revisi dan editing

Revisi

Pada tahap ini, penulis akan mencari tahu dimana letak kekurangan tulisan. Apakah sudah sesuai dengan alur, atau masih melebar kemana-mana. Dan dilanjutkan  tahap revisi.  Seorang penulis dapat mengubah beberapa bagian dari tulisannya. Ia juga bisa menambah isi tulisannya. Ia dapat menambahkan data baru, ia dapat menghilangkan opini tertentu, dan lain sebagainya. Intinya, melalui tahap revisi inilah penulis akan memoles karyanya, ia akan menjadikan tulisan tersebut semakin menarik lagi.

Setelah itu masuk tahap

Editing. 

Pada tahap ini penulis akan menjalankan proses pengeditan terhadap karyanya. Berbeda pada tahap revisi yang masih bisa menambah mengurangi isi tulisan, pada tahap ini penulis hanya memperbaiki berbagai kesalahan tanda baca, kesalahan pola kalimat, dan berbagai kesalahan tata bahasa lainnya. Meskipun nanti tulisan Anda akan kembali diedit oleh editor di penerbit, seorang penulis tetap harus berusaha menyunting tulisannya sendiri atau dengan istilah lain Swasunting.

Tahapan terakhir adalah publikasi : pada tahapan ini, jika penulis sudah yakin karyanya sudah selesai dan layak terbit, maka teruskan naskah tulisan tersebut kepada penerbit.

Sekarang sudah banyak penerbit yang bisa penulis ajak untuk menerbitkan buku. Tidak harus penerbit mayor. Bisa juga diterbitkan melalui penerbit indie.

Penerbit Buku ada 2 yaitu

Penerbit Mayor dan Penerbit Indie. Ada perbedaan antara penerbit Mayor dan penerbit indie, diantaranya sebagai berikut :

Indikator perbedaan

Penerbit Mayor

Penerbit Indie

Jumlah Cetakan

Penerbit mayor  mencetak bukunya secara masal. Biasanya cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual di toko-toko buku

hanya mencetak buku apabila ada yang memesan atau cetak berkala yang dikenal dengan POD (Print on Demand) yang umumnya di distribusikan melalui media online Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, WA grup dll

Pemilihan Naskah yang diterbitkan

Naskah harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan sebuah naskah. Mereka ekstra hati-hati dalam memilih naskah yang akan mereka terbitkan dan tidak akan berani mengambil resiko untuk menerbitkan setiap naskah yang mereka terima. Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin ketat, harus mengikuti selera pasar, dan tingginya tingkat penolakan

Tidak menolak naskah. Selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan; tidak melanggar undang-undang hak cipta karya sendiri, tidak plagiat, serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut pasti kami terbitkan. Kami adalah alternatif baru bagi para penulis untuk membukukan tulisannya

Profesionalitas

Penerbit mayor tentu saja profesional dengan banyaknya dukungan SDM di perusahaan besar mereka

kami pun profesional, tapi sering di salah artikan. Banyak sekali anggapan menerbitkan buku di penerbit indie asal-asalan, asal cetak-jadi-jual. Sebagai penulis, harus jeli memilih penerbit. Jangan tergoda dengan paket penerbitan murah, tapi kualitas masih belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran buku bisa menjadi ukuran penilaian awal sebuah penerbitan. Kadang murah Cover kurang bagus, kertas dalam coklat kasar bukan bookpaper (kertas coklat halus).

Waktu Penerbitan

Pada umumnya sebuah naskah diterima atau tidaknya akan dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima, ada giliran atau waktu terbit yang bisa cepat, tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun. Karena penerbit mayor adalah sebuah penerbit besar, banyak sekali alur kerja yang harus mereka lalui. Bersyukur kalau buku bisa cepat didistribusikan di semua toko buku. Namun, jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh penerbit

Segera memproses naskah yang diterima dengan cepat. Dalam hitungan minggu buku sudah bisa terbit. Karena tidak fokus pada selera pasar yang banyak menuntut ini dan itu. Yang diterbitkan adalah karya yang penulisnya yakin karya tersebut adalah karya terbaiknya dan layak diterbitkan sehingga tidak perlu pertimbangan rumit dalam menerbitkan buku

Royalti

Kebanyakan penerbit mayor mematok royalti penulis maksimal 10% dari total penjualan. Biasanya dikirim kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku

umumnya 15-20%  dari harga buku. Dipasarkan dan dijual penulis lewat fb, Instagram, wa grup, Twitter, status, dll.

Biaya penerbitan

Biaya penerbitan gratis. Itulah sebabnya mereka tidak bisa langsung menerbitkan buku begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus oleh mereka. Seperti yang sudah disebut di atas, penerbit mayor memiliki pertimbangan dan tuntutan yang banyak untuk menerbitkan sebuah buku karena jika buku tersebut tidak laku terjual, kerugian hanya ada di pihak penerbit.

Berbayar sesuai dg aturan masing-masing penerbit. Antara penerbit satu dengan yang  lain berbeda. Karena pelayanan dan mutu buku yg diterbitkan tidak sama

Contoh penerbit

Gramedia Pustaka Utama, Mizan, Republika, Grasindo, Loka Media, Tiga Serangkai, Bentang Pustaka, Erlangga, Yudhistira,  Andi Yogyakarta dan lain sebagainya

penerbit Indie yg ada dalam grup belajar menulis bersama PGRI: 
YPTD
Gemala 
Kamila Press Lamongan 


Kebetulan Cak Inin adalah pemilik KAMILA PRESS LAMONGAN. Beliaupun memperkenalkan KAMILA PRESS LAMONGAN kepada kami.

Sebagai penerbit Indie KAMILA PRESS LAMONGAN melayani cetak buku, lengkap dengan jasa desain cover buku, Lay out, editing dan ISBN. 

# Syarat-syarat penerbitan di KAMILA PRESS LAMONGAN:

1. Kirimkan naskah lengkap mulai judul, kata pengantar, daftar isi, naskah lengkap sesuai urutan daftar isi, daftar pustaka, biodata penulis dengan fotonya dan Sinopsis (ditempatkan di cover belakang). Kalau ada Endors dari pakar (orang ahli).
2. Ketik A5 ukurannya 14,8 x 21 cm, spasi 1,15 ukuran fon 11 dan margin kanan 2 cm, kiri 2 cm, atas 2 cm dan bawah 2 cm. Gunakan huruf Arial, calibri atau Cambria dan masukkan dalam 1 file kirim ke WA sy atau email gusmukminin@gmail.com

Untuk judul dan Cover. 

a. Untuk judul kalau kurang pas bisa membantu mengusulkan judul yang menarik. 

b. Cover buku boleh sudah dibuat kami tinggal poles biar cantik dan menarik dengan kesepakan pemilik buku. Bisa juga kami yang buatkan. Tinggal kirim judul, nama penulis lengkap dengan gelar, kata pengantar dari siapa. Minta warna apa, boleh ada ada foto penulis atau gambar yang lain suka-suka. 

Clossing Statement dari Cak Inin

"Tiada terlambat untuk menulis dan menerbitkan buku. Kalau ingin umurmu panjang maka Menulislah buku. Menulislah dan terbitkan buku untuk niat berbagi ilmu. Manjadda wa jada"

Acarapun ditutup oleh Mr. Bams dengan ucapan Hamdallah. 

Pertemuan ke 5 tanggal 14 April 2021

Pelatihan menulis gelombang 18

Materi "Penerbit Indie"

Narasumber "Cak Inin"

Senin, 12 April 2021

Menulis Buku Dari Karya Ilmiah

 Menulis Buku Dari Karya Ilmiah

by

Noralia Purwa Yunita, M.Pd

Tak terasa bulan Ramadhan sudah di depan mata, yaitu esok hari, tepatnya hari Selasa 13 April 2021 ditetapkan sebagai awal Ramadhan 1422 hijriyah. Dengan alasan Ramadhan lah kegiatan belajar menulis kali ini dialihkan jamnya yang tadinya jam 19.00-21.00 WIB menjadi 13.00-15.00 WIB. jadwal pelaksanaan tetap hari Senin, Rabu dan Jum'at.

Pada siang hari ini, Ibu Kanjeng menyapa kami semua untuk mengawali kegiatan dan memberi semangat kepada semua anggota belajar menulis. Om jay juga membuka acara siang hari ini dengan mengucapkan Marhaban Ya Ramadhan, sekaligus memberitahukan kepada kami bahwa Narasumber kami hari ini adalah ibu Noralia dari Semarang. Dengan Ibu Rita Wati dari Bali sebagai moderatornya. 

Ibu Noralia akan membawakan tema "Menulis Buku Dari Karya Ilmiah."

Pada jam 13.30 WIB, Om Jay mempersilahkan Ibu Rita Wati sebagai moderator untuk memimpin kegiatan pada siang hari ini. 

"Kembali lagi kita bertemu pada Kelas Belajar Menulis Senin 12  April 2021."

"Edisi pertama kelas siang selama bulan Suci Ramadhan."

"Sebelum kita mulai perkenalkan saya Rita Wati yang bertugas sebagai moderator pada siang hari ini."

"Narasumber kita pada hari ini adalah ibu Nora dari Semarang beliau merupakan alumni Belajar Menulis gelombang 8."

Sebelum memulai acara ibu Rita menyampaikan susunan acara untuk kegiatan pada siang hari ini yaitu:
1.    Pembukaan
2.    Paparan narasumber (1 jam)
3.    Tanya jawab (1 jam)
4.    Penutup

 Ibu Rita membuka acara dengan berdoa bersama-sama, dengan tujuan agar acara dapat berjalan dengan lancar, berdoa sesuai keyakinan masing-masing, bagi yang beragama Islam membaca Basmallah bersama-sama. Setelah membuka acara dengan doa dan Basmallah, Ibu Rita langsung menyambut Ibu Nora, dan mempersilahkan bu Nora mengisi acara di siang hari ini.

Ibu Nora mengucapkan terima kasih kepada Bu Rita dan om Jay atas kesempatan yang diberikan kepadanya.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Selamat siang bapak ibu hebat semua."

"Puji syukur kehadirat Allah SWT kita dapat melaksanakan kembali agenda rutin belajar menulis PGRI yang diadakan tiap hari Senin, Rabu dan Jumat."

"Dan siang ini merupakan edisi perdana selama bulan Ramadhan."

Sebelum memulai acara, bu Nora mengungkapkan kalimat, tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta 🤭🤭🤭,maka saya perkenalkan diri nggih bapak ibu?."


Nama lengkap, alamat, dan lainnya sudah terpampang di atas, beliau hanya menambahkan statusnya sudah bersuami dan mempunyai anak insyaallah menjelang 3. Kesehariannya menjadi guru IPA dan prakarya di SMP 8 Semarang.

Bu Nora mengatakan awal mula beliau menulis sejak awal kuliah, namun terhenti ketika sudah bekerja dan berkeluarga, namun adanya pandemi, menjadikannya kembali produktif lagi. Dengan dikenalkan pada Om Jay dan belajar menulis gelombang 8, itu telah menggemblengnya untuk berlatih dan menghasilkan tulisan.

Bu Nora menunjukkan beberapa bukunya diantaranya adalah

Bu Nora memiliki 2 buku yang diterbitkan oleh penerbit mayor Andi, dan buku lainnya diterbitkan oleh penerbit indie. Selain menulis buku, tulisannya juga termuat di beberapa media cetak. Seperti tema  siang ini yaitu MENULIS BUKU DARI KARYA ILMIAH, yang merupakan hasil belajar beliau di gelombang 8.
Buku inilah yang merupakan ubahan karya ilmiah tepatnya tesis bu Nora menjadi sebuah buku, itupun dibuatnya setelah mendapat materi dari Bu Hati tentang mengubah PTK menjadi buku.
Bu Nora dibantu dalam hal pengeditan oleh Editornya yang merupakan teman satu sekolah, juga merupakan seorang reviewer jurnal. Kemudian kami dibimbing untuk membaca
 resume beliau tentang cara mengubah PTK menjadi buku yang merupakan materi dari Bu Hati ketika menjadi peserta pelatihan di gelombang 8, https://noraliapurwa.blogspot.com/2020/06/kiat-membukukan-laporan-ptk.html. 

Kita semua sudah pernah membuat karya ilmiah, minimal Skripsi atau PTK, sayang jika karya yang kita buat susah-susah hanya dibaca oleh teman satu sekolah saja. Ada solusi agar karya ilmiah kita lebih bermanfaat, yaitu dengan mengubah nya menjadi sebuah buku.

Bu Nora menjelaskan manfaat karya ilmiah VERSI BUKU, yaitu :

1. Dapat dibaca oleh masyarakat awam.
2. Buku dapat diperjual belikan, jadi ada keuntungan material yang dapat kita peroleh.
3. Bagi bapak ibu ASN, buku dapat dijadikan publikasi ilmiah yang dapat menambah poin angka kredit.
4. Jika buku bapak ibu banyak yang baca, banyak yang beli, ada kemungkinan nama bapak ibu sebagai penulis akan dikenal oleh banyak orang, ini juga merupakan keuntungan tersendiri
5. Ilmu yang ada, dapat tersebar bebas tanpa sekat jika sudah diubah menjadi BUKU.

Cara mengubah Karya Ilmiah menjadi Versi Buku :

1. Kita ubah Judul : 

judul karya ilmiah Versi Buku hanya berfokus pada objek penelitian saja. Hilangkan materi, subjek, tempat penelitian. Sebagai contoh

JUDUL TESIS : "Pengembangan modul berbasis riset pada materi reaksi redoks untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa kelas X SMA." 

Ketika diubah menjadi Judul Buku, menjadi "kiat menulis modul berbasis riset." 

Dapat dilihat dari contoh judul ini, objek/fokus penelitian Tesis terletak pada pengembangan/pembuatan modul, jadi ketika diubah menjadi judul buku, sesuaikan dengan fokus penelitian itu.

Tinggal ditambah kata : "KIAT, JURUS, STRATEGI, CARA SUKSES atau yang lainnya."

Contoh lain :

Judul PTK Bu Mimin dari Yogyakarta  "Pengaruh penggunaan metode I pada pembentukan matematika materi KPK dan FPB kelas .... SD ....."

"Asyik belajar matematika dengan metode I"

Jadi judul buku hanya fokus pada objek penelitian saja, dan gunakan judul yang lebih luwes ketika dibaca. 

2. Ubah Daftar Isi

Biasanya untuk beberapa karya ilmiah, daftar isi berupa :

  • BAB 1: Pendahuluan berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah, definisi operasional, rumusan masalah.

  • BAB 2: landasan teori

  • BAB 3: metode penelitian berisi rumus2 statistika

  • BAB 4: hasil dan pembahasan

  • BAB 5: penutup berisi kesimpulan dan saran.

Dari semua itu, ubah total daftar isinya.


Cara mengubah Daftar Isi Karya Ilmiah Versi Buku adalah dengan mengikuti pedoman 2W+1H

  • Bab 1 (Why)

Jelaskan mengenai pentingnya, alasan penggunaan media,metode, Strategi, atau model yang menjadi fokus penelitian. dapat ditambahkan pula masalah- masalah mengapa harus menggunakan media, metode, strategi atau model tersebut. Jelaskan pula manfaat dari yang menjadi objek penelitian.

Hapus rumusan masalah, definisi operasional dan tujuan penelitian pada bab I. 

  • Bab 2 (What)

Di bab 2 Merupakan penjabaran teori-teori dari landasan teori yang ada di bab 2 karya ilmiah.

Contoh :

Bab 2 Versi Karya Ilmiah, di dalamnya ada penjelasan tentang media, jenis media, manfaat media, penjelasan media tertentu, karakteristik suatu media tertentu, hasil belajar, dll. 

Nah, teori-teori ini dapat dijadikan beberapa bab dalam sebuah Karya Ilmiah Versi Buku.

Sebagai contoh: 

- Bab 2 hanya menjelaskan apa itu media. Isinya tentang pengertian, jenis, manfaat dan karakteristik suatu media tertentu.

- Bab 3 menjelaskan belajar dan pembelajaran. Isinya tentang hasil belajar, faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dll

- Jika masih ada teori yang perlu dijelaskan dari Bab 2 Versi Karya Ilmiah, dapat dilanjutkan di bab 5,6, dan seterusnya.

  • Bab 3 (How). Ini dapat dituliskan di bab berikutnya setelah penjabaran dari beberapa teori. Isinya menjelaskan bagaimana tahap pembuatan, bagaimana hasil pembuatan, dan bagaimana penerapannya. "Hilangkan semua rumus statistika yang biasanya ada di bab 3 karya ilmiah.

3. Ubah sedikit Isi karya ilmiah

Pertama dalam mengubah karya ilmiah  menjadi buku, penting sekali memperbanyak isi materi variabel bebasnya. Kita dapat menentukan perluasan materi tersebut berdasarkan kata kunci judul buku kita. Dengan kata lain, karya ilmiah yang diubah menjadi buku berarti lebih memperluas isi bacaannya  berdasarkan sumber yang relevan. Misalkan  judul implementasi Media  stereofoam  pembelajaran  Organisasi kehidupan untuk meningkatkan kreativitas, maka yang harus dikembangkan adalah  tentang Media (Pengertian, manfaat, jenis),  Pembelajaran (materi tentang  belajar mengajar),  Kreativitas (diberi pengertian dan lainnya).

Kedua hilangkan semua kata Penelitian/laporan PTK, laporan skripsi dan lainnya yang biasanya ada di karya ilmiah.

Ketiga, boleh menampilkan grafik tetapi jangan terlalu banyak. Cukup grafik yang penting saja. Grafik lain yang tidak ditampilkan, ubah dalam bentuk kalimat

  • Bab 4 How lagi. ya, hanya berpedoman pada kata "How." Caranya cukup ambil isi di bab 4 itu tentang bagaimana pembuatan yang menjadi objek penelitian, ceritakan bagaimana ketika diaplikasikan dalam sebuah pembelajaran, kira-kira menemui kendala apa, masalah apa, kelebihan apa, dan bagaimana hasilnya ketika yang menjadi fokus penelitian itu diterapkan di pembelajaran (dilihat dari hasil belajar siswa, aktivitas siswa selama pembelajaran, respon siswa dan sebagainya). Dapat juga menyematkan sedikit hasil penelitian ketika menjelaskan tentang bagaimana hasil penerapannya.

4. Secara kebahasaan dan penyajian.          

Karya ilmiah versi buku haruslah berbeda dengan versi laporan. Susunan dan gaya tulisan bebas  terserah penulis, karena setiap penulis memiliki ide  dan kreativitas masing-masing  sesuai dengan pengalaman dan bahan bacaannya. Semakin literatnya penulis  maka akan semakin oke buku yang dia tulis. Hal ini karena membaca, berpikir dan menulis adalah satu rangkaian literasi yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, kita harus mengupayakan agar pembaca memahami isi buku kita secara lengkap, dan mengena apabila menjadi karya ilmiah kita diubah menjadi buku. Biasanya pengubahan karya ilmiah versi buku ini membuat kesalah pahaman seorang penulis. Ada yang memahami bahwa mengubah KTI menjadi buku ya tinggal copy paste isi di KTI kita, lalu ganti judul, hapus yang tidak perlu, selesai deh. Untuk isi masih sama persis, bahkan daftar pustaka juga sama. Itu salah, nantinya bisa terkena self plagiarisme.

Cara agar tidak terkena self plagiarisme a

1. Dapatmenggunakan teknik parafrasa

2. Tambah rujukan baru ke dalam karya ilmiah versi buku kita. Jadi akan ada informasi terbaru yang kita sematkan dalam karya ilmiah versi buku tersebut. 

3. Pilah isi dari karya ilmiah asli yang benar-benar dianggap penting untuk dicantumkan dalam karya ilmiah versi buku. 

Dengan ketiga cara tersebut, meskipun beberapa daftar pustaka ada yang sama, namun isi karya ilmiah versi buku kita akan berbeda karena kita sudah memparafrase kan isinya. Selain itu, dengan adanya tambahan rujukan baru, akan semakin memperkaya daftar pustaka karya ilmiah versi buku.

5. Laporan Karya Ilmiah yang dibukukan, haruslah yang sudah dipublikasikan, minimal tingkat sekolah atau MGMP di wilayah masing-masing.

6. Berikanlah ulasan mengenai kelebihan dan kelemahan penelitian yang anda lakukan agar pembaca yakin bahwa anda benar-benar telah melakukan penelitian tersebut. 

7. Jika ada rujukan baru, maka rujukan yang diambil boleh menggunakan blog,  namun situs blognya haruslah situs blog resmi seperti Kemendikbud.go.id, Jurnal ilmiah, e book, atau karya ilmiah lainnya.

 "JANGAN gunakan daftar pustaka berupa blog pribadi dengan domain blogspot, wordpress, dll."

8. Karya ilmiah versi buku minimal 70 halaman format A5 dengan ukuran huruf, jenis huruf, dan margin disesuaikan Dengan aturan Penerbit masing-masing 

9. Terakhir

Agar karya ilmiah kita memiliki manfaat yang lebih, maka dapat diubah ke dalam bentuk buku. Fungsinya agar dapat dibaca oleh para pengajar lainnya. Ini lebih baik daripada berbagi file laporan karya ilmiah kita. Jika karya ilmiah kita dibukukan, selain memberikan manfaat dalam berbagi ilmu, buku karya ilmiah karya kita juga akan memiliki ISBN. Ini sangat penting  dan mungkin dibutuhkan bagi pengajar untuk menambah nilai angka kredit. Selian itu, karya kita juga tidak akan lekang oleh waktu tentang kebermanfaatannya.

Demikian penjelasan dari Bu Noralita tentang " Menulis Buku dari Karya Ilmiah", kemudian beliau kembalikan acara pada Bu Rita selaku moderator, untuk dilanjutkan acara tanya jawab.

"Alhamdulillah pemaparan yang sangat luar biasa jelas, sistematis", ungkap Bu Rita.

"Bpk/ibu kita lanjut ke sesi tanya jawab. Bagi yang ingin bertanya bisa ke no 085219585451." Begitulah instruksi dari Bu Rita. 

Pertanyaan demi pertanyaan pun mulai masuk.

Pertanyaan pertama dari Bu Rahmawati mengenai contoh daftar isi PTK dan yang sudah diubah menjadi buku, kemudian kalau tesis, apakah data data kuantitatif atau analisis data juga perlu disertakan dalam buku tersebut atau bagaimana?. Kemudian Bu Nora memberikan contoh daftar isi tesis dan daftar isi buku yang dihasilkan dari tesis.

Untuk data kuantitatif perlu disertakan sebagai bukti bahwa ibu telah melakukan penelitian tersebut. Hanya saja penyajian dibuat berbeda dengan penyajian di tesis. Ambil hasil akhir saja. Sebagai contoh, setelah penggunaan media..... Ternyata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari ....% menjadi ... %.

Pertanyaan selanjutnya dari Bu Maesaroh, Lebak. Apabila kita ingin mengubah Tesis menjadi buku dengan tesis berbahasa Inggris, apakah Tesis itu harus di gubah dalam bahasa Indonesia atau sesuai dengan aslinya saja?.  

"Bebas Bu, masih dalam bahasa Inggris boleh, diterjemahkan juga boleh. Ini tergantung dari masing-masing penulis. Yang penting jangan asal COPAS ISI TESIS terus diubah menjadi buku, ganti judul, selesai. Nanti akan terkena self plagiarisme. Ikuti panduan bagaimana agar tidak melakukan self plagiarisme sesuatu dengan pemaparan saya di atas." Jelas Bu Nora.

Pertanyaan ke tiga dari Bu Syafrina, Padang. Dalam KTI di Bab 4 ada data siswa, apakah itu dihilangkan atau bagaimana?. 

"Jika yang dimaksud data siswa adalah daftar nama siswa, maka tidak perlu dimasukkan. Tetapi jika yang dimaksud data siswa adalah data hasil belajar, aktivitas dan respon siswa, maka tetap dimasukkan sebagai hasil dari penerapan yang menjadi fokus penelitian. Namun cara penyajian HARUS BERBEDA dengan penyajian di bab 4 KTI." jelas Bu Nora.

Bu Fourin dari Lombok mengajukan pertanyaan, "Maaf bu Nora, jika ingin merubah tesis ke buku, apakah ada persyaratan khusus terkait ijin secara akademik dengan perguruan tinggi terkait?
"Tidak ada ijin secara akademik Bu. Maka dari itu Isi KTI Versi Buku, jangan sama dengan Isi KTI asli. Caranya bisa diparafrasekan atau ditambah rujukan lain. Dengan demikian, meskipun KTI kita sudah menjadi koleksi dari suatu instansi, isinya tidak akan sama dengan KTI kita versi buku. Jadi tidak terjadi self plagiarisme." jelas Bu Nora.

Pertanyaan selanjutnya masih dari bu Fourin :"Mohon penjelasan sedikit bu Nora tentang memparafrasekan KTI. Saya pemula dalam menulis bu, dan untuk rujukan apakah harus jurnal penelitian?"
"Siap Bu, teknik parafrasa itu salah satu cara merujuk suatu tulisan atau lebih dikenal dengan "KUTIPAN." Nah ada 2 jenis kutipan, yaitu kutipan langsung dan tak langsung. Parafrasa adalah salah satu cara mengutip secara tak langsung. 

Cara memparafrase dapat dengan mengikuti panduan dari OWL Purdue, yaitu :

1. Bacalah kembali teks asli sampai Anda  benar-benar memahami isi dari teks tersebut
2. Singkirkan teks/naskah asli tersebut dan tulislah ulang gagasan dalam teks tadi dalam sebuah kertas.
3. Buatlah daftar beberapa kata penting dari naskah asli. Ini akan membantu Anda untuk mengingatkan kembali isi dari kalimat pada naskah asli tersebut.
4. Kembangkan kata-kata penting tadi menjadi sebuah kalimat utuh dengan gaya bahasa sendiri. Pilih diksi yang mudah dipahami oleh pembaca.
5. Bandingkan tulisan parafrase Anda tadi dengan naskah aslinya untuk mengecek apakah semua gagasan, terutama gagasan yang penting telah tercantum dalam hasil parafrase tersebut.
6. Gunakan tanda petik ganda untuk mengidentifikasi istilah-istilah khusus, terminologi, atau frase yang dipinjam dari naskah asli, dan yang diambil sama pesis dengan naskah asli.
7. Tuliskan sumber (termasuk halaman) pada kertas catatan Anda sehingga ini mempermudah Anda
untuk menuliskan sumber pustaka atau referensi, bila Anda bermaksud mengambil parafrase tersebut.

Sebagai contoh:

Kalimat asli: Sebuah kejutan di bidang realita maya (virtual reality) terjadi pada tahun 1961 dengan kemunculan Sensoramanya Heilig.

Hasil parafrase: Hasil karya Heillig yang dikenal dengan nama Sensorama membawa perubahan yang signifikan dalam sejarah realita maya (krisnawati, 2000, hlm 55).

Kalimat asli: Komputer mampu membawa orang ke tempat-tempat yang belum pernah bisa mereka kunjungi sebelumnya, termasuk ke permukaan planet lain.

Parafrase: Melalui komputer, orang dapat pergi ke tempat yang belum pernah mereka kenal. (Krisnawati, 2000, hlm 57).

Jadi dengan mengotak atik susunan kalimat, mencari padanan kata (sinonimnya), mengambil inti sari dari kalimat itu dan membahasakannya dengan kalimat kita sendiri adalah cara parafrase. 

Dan untuk rujukan tidak harus jurnal, boleh e book, buku cetak, media cetak, blog namun blog resmi, dll

Pertanyaan terakhir dari Bu Chrisma Juita Nainggolan dari Sumut. Apakah ptk utk kenaikan golongan memiliki syarat khusus, misalnya terdiri dari 3 siklus? Saya mau coba menulis ptk utk syarat ke gol 4C." 

"Mungkin pertanyaan ini akan lebih dijelaskan secara detail oleh narasumber berikutnya tentang poin angka kredit. Namun, dari pedoman di buku 4 dan 5, untuk kenaikan pangkat golongan 4B ke 4 C dst, ada publikasi ilmiah berupa buku.

Pertanyaan-demi pertanyaan telah dijawab oleh Bu Nora kemudian Bu Nora pun memberikan kalimat penutup.

 "Melalui buku kita dapat berbagi ilmu dan bermanfaat untuk orang sekitar kita"

Sebelum meninggalkan acara ini Bu Nora mengucapkan, "selamat menjalankan ibadah Ramadhan mohon maaf lahir batin atas segala kesalahan saya, semoga di Ramadhan tahun ini menjadi lebih berkah dan lebih baik daripada Ramadan sebelumnya."

"Bapak/ibu demikian kelas belajar menulis pada siang hari ini. Mohon maaf jika ada kekhilafan dari saya sebagai moderator saya akhiri dengan Selamat menunaikan ibadah puasa 1442 H. Mohon maaf lahir dan batin. Saya Rita Wati mohon pamit silakan mampir ke gubuk saya http://www.ritapinang.my.id/
https://www.youtube.com/watch?v=8BCltpp4cqU (jangan lupa di like and subscribe ya )

Tanggal 12 April 2021

Pertemuan ke 4

Pelatihan menulis gelombang 18

Tema "Menulis Buku dari Karya Ilmiah 

Narasumber ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd






Jumat, 09 April 2021

Ide Menulis Bagi Guru

Pelatihan menulis gelombang 18 pertemuan ke 2

Om jay membawakan materi dengan tema “Ide Menulis Bagi Guru”

Untuk mencari ide menulis sebenarnya tidaklah sulit. Karena ide menulis itu bisa datang dari mana saja. Ya, dari mana saja. Kenapa saya katakan mana saja, karena ide menulis itu bisa datang dari diri sendiri, dari orang yang dekat dengan kita seperti anak, suami, adik, kakak, orang tua, saudara ipar, teman kerja, murid dan masih banyak lagi. Bisa juga dari benda seperti batu dan benda mati lainnya. Bisa juga dari tumbuhan, hewan, bahkan dari mimpi sekalipun bisa jadi ide dalam menulis. Dan bisa juga dari materi pelajaran. Jadi ide menulis itu bisa dari mana saja.

Ide menulis terkadang datang dengan tiba-tiba, menurut sebagian orang begitu… Itu terjadi karena memang pada dasarnya manusia itu suka bercerita, sehingga mereka tanpa sadar sebenarnya sudah punya bakat untuk menulis, hanya saja bakat itu diasah atau tidaknya, digunakan atau tidaknya tergantung minat dan kemauan mereka masing-masing.

Setiap orang sudah diberi kemampuan untuk berbicara, menulis, melakukan kegiatan secara harfiah oleh sang pencipta sehingga bagi sebagian orang yang memang menekuninya maka akan menemukan jalannya.

Sebagai contoh nyata adalah adanya perkembangan teknologi saat ini. Setiap orang yang mempunyai handphone pasti akan menulis. Entah itu berupa SMS, status WA atau berupa obrolan. Mereka tidak perlu mengasah bakatnya hanya untuk sekedar SMS, status WA atau yang lainnya, karena itu memang sudah menjadi bakat setiap orang.

Tetapi jika kita ingin menjadi penulis, kita perlu melatihnya dengan sering membaca, membaca, dan membaca. Membaca apa saja yang penting membaca. Tujuannya adalah untuk menambah wawasan kita, perbendaharaan kata kita, agar saat kita menulis bisa lebih enak dibaca oleh orang lain.

Oleh Om Jay, kami para penulis pemula disarankan untuk berkunjung ke blog milik ibu Syafrina. Karena beliau memiliki banyak tulisan yang inspiratif.

Setelah Om Jay selesai memaparkan penjelasan materi, kemudian diadakan sesi tanya jawab. Seperti biasa, ada banyak sekali pertanyaan yang diajukan termasuk saya juga banyak pertanyaan, tetapi kebetulan saya mengikuti acara sudah diakhir jadi hanya bisa menyimak saja, karena kebetulan saat acara berlangsung saya harus bersama dengan anak-anak saya.

Pertanyaan pertama datang dari ibu Husna, Jakarta. Beliau bertanya apakah materi Webinar bisa untuk bahan tulisan?. Tentu saja bisa karena banyak tulisan yang lolos ke penerbit ANDi karena mereka menulis setelah menonton webinarnya pak Eko di channel YouTube di EKOJI.

Pertanyaan berikutnya dari ibu Soleh Setiyawati Banyumas. Bagaimana caranya agar ide cerita yang biasa-biasa saja bisa menjadi luar biasa? Oleh Om Jay pun menyarankan untuk berkunjung ke laman https://wijayalabs.wordpress.com/2020/04/07/menulis-tanpa-ide-bersama-budiman-hakim/

Setelah saya buka laman tersebut sungguh luar biasa, ternyata kuncinya untuk penulis pemula adalah “Cerpenting” apa itu? Cerpenting adalah singkatan dari cerita yang tidak penting. Menulis lah dari cerita-cerita yang sepele.

Buku dikatakan sukses apabila kita dapat memainkan emosi pembaca. Misalnya buku humor dikatakan sukses apabila pembaca bisa tertawa terbahak-bahak. Buku cerita sedih dikatakan sukses jika pembaca bisa menangis.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana merangkai kalimat diawal paragraf agar terbentuk keterkaitan antar kalimat dan antar paragraf?, yaitu dengan menggunakan panca indera kita. Apa yang kita lihat, kita sentuh, kita rasakan, tulislah. Maka akan ada keterkaitan disana.

Kemudian bagaimana cara agar bisa percaya diri dalam menulis?, yaitu dengan banyak banyak menulis. Dengan banyak menulis, lama-lama terbiasa dan timbul rasa percaya diri.

Bagaimana menumbuhkan gairah menulis?, dengan berkumpul di komunitas menulis, dengan begitu akan timbul motivasi untuk menulis.

Bagaimana tips nya agar bisa peka dalam menulis?. Bisa dengan melihat voto atau video.

Bolehkah menuliskan nama asli seseorang dikisah nyata?, tentu saja boleh, dengan catatan sudah meminta ijin terlebih dahulu kepada sang pemilik cerita.

Diakhir sesi Om Jay mengatakan “setiap tulisan itu akan memiliki takdirnya sendiri”. Ada tulisan yang ramai pembaca dan ada yang kurang pembaca. Tapi hal tersebut jangan dijadikan halangan untuk kita bisa menulis. Seperti halnya Om Jay yang berpatokan pada mantra ajaibnya

” Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi”

 

Pertemuan ke 2

Gelombang ke 18 pelatihan menulis
Tema “ide menulis bagi guru”

Hari ini Rabu malam tanggal 7 April 2021


Dasar Penulisan

Dasar Penulisan
by 
Rita Wati, S.Kom

Sebelum acara di mulai, bu Aam terlebih dahulu membuka acara pelatihan menulis pada malam hari ini. Beliau menyapa semua peserta dan meminta kami mendoakan supaya Disertasi Om jay segera selasai.

Kegiatan malam hari ini temanya adalah "Dasar Menulis", yang dibawakan oleh Ibu Rita Wati, S.Kom dari Bali dan sebagai moderatornya adalah Bapak Sucipto Ardi.

Pak Cip menyampaikan susunan acara malam hari ini yaitu :

  1. Pembukaan
  2. Paparan narasumber (1 jam)
  3. Tanya jawab (1 jam)
  4. Penutup

Acara pada malam hari ini dibuka dengan bacaan Basmallah. Kemudian oleh Pak Cip disampaikan tata cara menyampaikan pertanyaan yaitu untuk yang ingin bertanya, dimohon menuliskan nama dan asalnya serta disaat mengirimkan pertanyaan diharapkan untuk lebih awal, jangan diakhir acara agar tidak terlewati.

Kemudian sebelum menyerahkan waktu sepenuhnya kepada narasumber yaitu ibu Rita Wati, S.Kom dari Bali, Pak Cip terlebih dahulu menyampaikan profil dari Ibu Rita Wati.

This image has an empty alt attribute; its file name is whatsapp-image-2021-04-09-at-20.13.38.jpeg

Kemudian Pak Cip mempersilahkan Narasumber untuk mengisi acara malam hari ini.

Sebelum memulai acaranya Ibu Rita Wati memperkenalkan dirinya. kami dapat membuka tautan http://www.ritapinang.my.id/2020/06/contact-us.html jika ingin mengenalnya lebih jauh.

Ibu Rita Wati mulai menulis sejak pandemi setahun lalu, Itulah hikmah pandemi baginya sehingga dapat memanfaatkan waktu dengan mengikuti komunitas menulis. Beliau adalah alumni dari Kelas Belajar Menulis Gelombang 10.

Pertanyaan dari Ibu Rita untuk kami, apakah menurut kami menulis itu susah?, atau malah mudah?. Jika susah apa yang menyebabkan susah?.

Apakah alasannya?. Apakah :

  • Susah ide.
  • Miskin kosa kata.
  • Sulit merangkai kata.
  • Susah memulai.
  • Bingung mau menulis apa.
  • Tidak percaya diri.
  • Merasa tulisannya jelek.
  • Merasa tulisan tidak layak untuk di baca

Jika iya, maka disarankan untuk dibuang jauh-jauh rasa seperti itu. Lakukanlah "menulis, menulis dan menulis." Hari ini Ibu Rita Wati akan menyampaikan materi tentang Dasar Kepenulisan.
Untuk diingat bahwa dasar kepenulisan memiliki rumus 5W dan 1 H. Dibawah ini akan diuraikan apa itu 5 W dan 1 H.


A. Unsur-unsur dalam Penulisan yaitu 5W1H sendiri meliputi:

  • What (apa)
  • Where (dimana)
  • When (kapan)
  • Who (siapa)
  • Why (mengapa)
  • How (bagaimana)


Dalam bahasa Indonesia, untuk memudahkan penghapalan ke 6 unsur ini maka dikenal singkatan ADIKSIMBA “Apa DImana Kapan SIapa Mengapa Bagaimana."

  1. What : Peristiwa apa yang sedang terjadi? Apa dampaknya? apakah peristiwa tersebut menimbulkan kerugian?
  2. Who dalam 5W1H memfasilitasi untuk memberikan informasi seputar orang-orang yang terlibat dalam cerita yang yang tulis.
  3. When yaitu Kapan kejadian dari peristiwa yang diceritakan.
  4. Where yaitu dimana kejadian/ peristiwa yang diceritakan.
  5. Why yaitu Suatu peristiwa pasti terjadi bukan tanpa alasan.
  6. How atau bagaimana yaitu penggunaan unsur how ini akan membantu pembaca memahami alur cerita

Jika telah terpenuhi ke 6 unsur tersebut maka tulisan kita akan mudah dipahami oleh pembaca.

B. Sekarang tentang kesalahan yang sering di lakukan oleh penulis pemula

  1. Penulis pemula sering menulis dengan paragraf panjang-panjang.
  2. Tanda baca yang sering keliru.
  3. Penggunaan kata yang masih banyak salah tidak menggunakan kata baku.
  4. Sering ditemukan kata yang tidak efektif.

C. Berikut ini tipsnya http://bit.ly/Tips-Agar-Tulisan-Enak-Dibaca silakan dibaca 5 menit.
D. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Bagi Penulis Pemula.

1. Penggunaan huruf kapital/ besar :
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Contoh :
• Dia sedang mengikuti pelatihan menulis.
• Hari ini pertemuan ke-3 kelas belajar menulis gelombang 18.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
Contoh :
• Sukarno
• Dayang Sumbi
• Raden Ajeng Kartini
c. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Contoh :
• “Ayo kita pulang Bu!” Rengek Joni pada ibunya.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
• Islam, Alquran, Kristen, Alkitab, Hindu, Weda.
• Allah selalu bersama hamba-Nya.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh :
• Saya telah membaca buku Merajut Asa Sejak Belia.
• Tulisan itu di muat dalam koran Radar Bali.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.
Contoh :
• S.H. = Sarjana Hukum
• S.Kom. = Sarjana Komputer
• Dt. = Datuk
• Tb. = Tubagus

Kemudian Ibu Rita membahas materi tentang kata depan "di", terlihat sederhana tapi kesalahan penggunaan kata di sering terjadi.

Penggunaan kata depan di
Kata di- menunjukkan fungsi sebagai imbuhan.
Kata di- diikuti dengan pembentuk kata kerja pasif. Artinya, penulisan di jenis ini dinilai tepat jika kata kerja pasif bisa diubah menjadi kata kerja aktif (dengan imbuhan me-). Contoh : ditinggalkan (bisa diubah jadi meninggalkan), ditulis (bisa diubah jadi menulis), diingat (bisa diubah jadi mengingat)
Penulisan di dipisah jika:
• Kata di menunjukkan fungsi sebagai kata depan. Berarti ia harus dipisah dari kata belakang.
• Kata di diikuti dengan kata lain selain kata-kata pembentuk kata kerja pasif. Kata di jenis ini bisa diikuti dengan nama tempat, waktu, nama orang, penunjuk lokasi, dan lain sebagainya, serta tidak bisa diubah menjadi kata kerja aktif. Contoh: di sini (tidak bisa diubah jadi menyini), di siang hari (tidak bisa diubah jadi menyiang hari), di dirimu (tidak bisa diubah jadi mendirimu).
Kesimpulan di sebagai imbuhan + kata kerja (maka penulisannya serangkai) selain itu terpisah.

Kemudian materi selanjutnya tentang penggunaan tanda seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Contoh:
• Alangkah indahnya pemandangan di Nusa Dua!
• Ayo belajar!


Tak terasa sesi penjelasan materi telah selesai, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Beberapa pertanyaan disampaikan oleh peserta malam ini. Pertanyaan yang berkesan menurut saya adalah pertanyaan dari ibu Anita, Apakah dalam penulisan cerpen juga diharuskan, terutama dalam percakapan. Biasanya kan cerpen menceritakan kehidupan sehari-hari, apa tidak terasa kaku ya? Jawaban ibu Rita yaitu Untuk penulisan kata baku kita sesuaikan bu ya, jika artikel, makalah, skripsi dsb maka kata baku itu menjadi hal mutlak. Sedangkan untuk novel dan cerpen kita sesuaikan bu ada namanya istilah selingkung. Saya makin penasaran karena ada kata "Selingkung", karena saya baru pertama kali mendengar kata tersebut. Ternyata selingkung artinya menyesuaikan, atau tidak mengikuti kaidah bahasa baku, biasanya digunakan pada cerpen dan novel. Kemudian pertanyaan yang berkesan berikutnya menurut saya adalah pertanyaan dari ibu setiyowati yang tinggalnya tetanggaan kabupaten dengan saya, yaitu Banyumas Jawa Tengah. Pertanyaan yang diajukan adalah: Apakah menulis harus runtut sesuai ADIKSIMBA? Unsur-unsur apa yang harus didahulukan agar lebih menarik?. Dalam 1 paragraf apakah ada batasan jumlah kalimatnya? Kemudian dijawab oleh ibu Rita: Pertanyaan yang menarik sekali. Kembali lagi ibu, kita menulis apa? Jika ingin menyampaikan informasi seperti berita maka 5W 1H ADIKSIMBA ini sudah urutan yang sesuai. Dalam 1 paragraf tidak ada batasan ideal, bisa 5 sampai 10 kalimat. Minimal 1 kalimat jika kalimat berupa percakapan.

Pertanyaan demi pertanyaan diajukan oleh teman-teman. Saya tidak ikut mengajukan pertanyaan, bukan karena saya tidak memiliki pertanyaan atau tidak mau bertanya, saya kebetulan tidak mengikuti secara langsung, karena harus mendampingi anak saya mengerjakan soal penugasan untuk kebutuhan nilai ijazahnya nanti. Kebetulan anak saya kelas enam SD.

Di akhir sesi Ibu Rita Wati mengatakan bahwa sebagai penulis pemula, jika masih banyak yang belum mengetahui tentang kaidah penulisan, jangan takut! Teruslah menulis, tuangkan semua ide yang ada dalam tulisan, jangan pernah takut salah, selesaikan tulisan ketika ide datang.

Acara kemudian ditutup oleh Pak Cip dengan ucapan Hamdallah "Alhamdulillahirobill 'alamin."

Tanggal pertemuan: 11 April 2021

Resume ke: 3

Tema: Dasar Penulisan

Narasumber: Rita Wati, S.Kom

Gelombang: 18




Notifications

2 blocks selected. 

Ibu sambung untuk anak-anakku

Kali ini apalagi yang membuat Iren uring-uringan. Tak hentinya ia mengomel dari tadi pagi. Yang cucian tidak ada habisnya, kamar anak-anak b...