Minggu, 06 Februari 2022

Ngga Banget

"Hei..." Sapa beberapa orang padaku.
"Hei..." Hanya kata itu yang bisa keluar. Tak ingin banyak basa basi. Hari ini tak ada apapun yang menarik bagiku. Rasanya hampa dan hambar. Betapa tidak? Aku lelah setelah beberapa hari belakangan mengurung diri dirumah dan meyesali semua yang sudah terjadi.

"Anggra..." Panggil seseorang dibalik jendela kantin.
Kutolehkan wajahku kearah asal suara, namun tak kudapati sesiapa disana.
Kembali kunikmati mendoan hangat dibalur sambal dan saus yang sedari tadi sudah kupesan.

"Hei..." Tetiba suara tak asing terdengar ditelinga sambil terasa tepukan panas dibahuku.
"Kau..." Pucat pasi seketika melihat sosok yang kini berdiri tepat di depanku. Betapa tidak, dia pria gila yang selama ini kuhindari. Ya... Kurasa dia gila, mengikuti kemana pun aku melangkah, terutama di kampus. Padahal kami awalnya beda jurusan, tapi entah bagaimana ceritanya tahu-tahu dia setiap hari ada dikelas yang sama denganku.

"Jangan gitu dong...masa lihat aku kaya lihat hantu, sakitnya disini tahu...," Sambil menunjuk ke arah dadanya. 
"Ngapain sie, you ngiklan terus...," Nadaku ketua dengan muka jutek.
" Kok gitu..."
"Emang harus gimana? Tegasku masih dengan muka jutek dan siap untuk get out.
Dengan sigap Nino menarik tanganku, mencegahku pergi. Dia selalu saja ngintil dibelakang ku kemanapun aku pergi. Membuat ku merasa risih.
"Hei...lepas, sakit...," Kuucap dengan tegas. Namun teriakanku tak berarti apapun untuk nya.

Kemanapun aku pergi selalu saja Nino mengikutiku. Entah dia tebal muka atau bego. Sudah berkali-kali dijutekin, dihina, tetep aja ngintil dibelakang ku. Entah kenapa aku masih sebel sama Nino. Yach... setelah sikapnya bulan lalu kepadaku. Mempermainkan hati wanita mungkin hobinya, sehingga dengan mudah dan enteng dia melupakan peristiwa itu. Rasanya engga banget hari ini. 




DALAM DIAM

 DALAM DIAM

Oleh: Zikria Desi Anggraini


Diam katanya emas

Bagaimana jika tertawa lepas

Istilah apa yang cocok untuk mengemas.

Diam ini membingungkan

Rindu tertawa riuh bersama kawan

Kemanakah kebersamaan yang ku rindukan?

Hilang bak tertelan waktu hingga tak terelakkan.

Wahai kawan, kesibukan apa yang kau kerjakan

Sehingga temanmu ini merasa terabaikan

Bahkan seperti telah terlupakan

Kabar pun tak ditanyakan

Ini sungguh memilukan.

Meski hampa begitu dirasakan

Bahkan tawa pun tersekat ditenggorokan

Harus berusaha menghadapi semua kenyataan

Mencoba fokus pada hal yang dikerjakan

Meski semua terasa memekakkan 


Tak ada yang berkawan.

Diamku sedang menerawang

Anganku seakan berperang

Hatiku teriak mengerang

Ku ingin berdendang

Juga tertawa riang.

Akankah kutemukan kembali

Masa yang dulu pernah menjejali

Hari-hari yang penuh sesak bak tertali 

Namun itu kunikmati penuh tanpa kendali.

Dalam diamku ada rasa yang tak dapat dimengerti

Kerinduan



Memori Tentangmu

Rintik hujan pagi ini, membuaiku dalam sebuah memori yang takkan pernah bisa terhapus.

"Bolos yuk..."
"Kan hari ini ada ulangan Bahasa Inggris, ntar nilai kita langsung kebakar kalau bolos..."
"Yahhh...emang kamu ga tahu kalau ulangannya ga jadi, Bu Herny kan ijin hari ini..."
"Trus gimana nasib ulangan hari ini?"
"Yach ga tahu, tadi pak Edi ngumumin di kelas katanya ulangannya ga jadi karena Bu Herny berhalangan hadir, anaknya sakit."
"Owalah...aku sie kemana tadi?" Sambil cengar-cengir.
"Lagian hari ini kita cuma bersih-bersih buat tes besok."
"Ok dech...Otw kemana kita?"
"Goa Jatijajar."
"Ok..."

Setelah isi absen kelas aku dan Benny pergi ke Goa Jatijajar.

Kami mengendarai motor Ninja berwarna Hijau muda miliknya. 
Diperjalanan handphone berdering.
"Ben... Berhenti dulu...tuh Handphone mu bunyi."
"Biarin aza...nanti disana baru dibuka, kalau penting nanti juga telpon lagi."
"Ok."

Baru sekitar sepuluh menit berlalu, dering handphone kembali berbunyi, kali ini berkali-kali sehingga merusak konsentrasi Benny. Benny merogoh ke saku celananya. 
"Berhenti aza Ben....!"
"Bahaya tau...naik motor sambil pegang HP!"
"Ngga papa, aku cuma mo ambil, nanti kamu yang angkat."

Baru beberapa saat aku selesai berucap, ternyata kami melewati perempatan.
Lampu merah menyala diarah kami, tapi Benny tidak menyadarinya. Dari arah berbeda mobil melaju kencang dan menabrak kami.

Aku terpental jauh, sekitar 10 meter. Benny terdorong jauh dan menghantam tembok sebuah rumah warga.
Aku sempat berteriak memanggil Benny, tapi dia tak menyahut. Setelah itu aku pingsan karena benturan benda keras dikepalaku. Saat aku terbangun, aku sudah berada di RS. 

"Benny...," teriakku saat siuman.
Mamaku terperanjat dari tidurnya mendengarku berteriak.
Saat itu jam dua dini hari dihari ketiga setelah kecelakaan itu.
"Kamu sudah sadar sayang...?" tanya mamaku sambil berlinang air mata. Entah perasaan apa yang dirasakannya saat itu. Rasa syukur atas keadaaan putrinya yang sudah siuman dari pingsan selama tiga hari, juga sedih karena jika putrinya tahu Benny pacarnya meninggal tentu sang putri akan sangat bersedih. Karenanya mama tak mengatakan apapun soal Benny.

"Semoga engkau tenang disana dan mendapatkan tempat yang layak disisiNya," doaku dalam setiap akhir sujudku teruntukmu kekasihku.



Senin, 29 November 2021

PAS hari kedua

Pagi ini begitu cerah, namun tak secerah hatiku. Sebenarnya aku sudah bersemangat karena hari yang indah. Sudah kupersiapkan apa yang akan kulakukan dengan siswaku hari ini. Tapi lagi-lagi, mereka membuat hatiku kecewa. Tugas yang seharusnya dikumpulkan hari ini, hanya sebagian kecil yang mengerjakan. Tenggat waktu tiga hari. Apakah terlalu singkat?
Tugas membuat embalase, dan itupun boleh melihat atau mencontoh langsung dari produk yang biasa mereka temui.
Apakah itu terlalu sulit?
Jika iya mengapa ada yang bisa?
Seharusnya mereka mau berusaha. Aku tak menuntut harus sempurna. Aku juga tak menuntut untuk dihormati yang berlebihan. Aku hanya mengharap mereka menghargai. Menghargai hidup mereka sebagai siswa. Yang sudah tentu dipenuhi dengan kegiatan belajar dan tugas.
Aku hanya ingin mereka berusaha yang terbaik, maka akupun akan berusaha semampuku memberikan yang terbaik.

Sudah...sudah ku usahakan... tapi mereka tak mengerti, atau mereka tak mau mengerti. 
Apakah aku yang tidak pernah bisa mengerti?

kalian

Pagi yang cerah
Tak sama dengan kalian
Apa yang harus aku lakukan
Setiap kali seperti ini

Sudah kukatakan
Semua yang kurasakan
Dan apa yang kuinginkan
Mengapa kalian tetap seperti ini

Kuikuti apa yang kalian mau
Kuusahakan apa yang kubisa
Kuberikan apa yang kalian mau
Tapi kalian tetap seperti ini

Apa yang harus kulakukan
Agar kalian mengerti semua 
Apa yang harus kukorbankan
Agar kalian mau memahami 
Agar kalian berhenti 
Bersikap seperti ini

Kalian harapan bangsa
Mari maju bersama
Menggapai cita

Zikria Desi Anggraini
Kroya, 30 Nopember 2021

Senin, 23 Agustus 2021

ALHAMDULILLAH

ALHAMDULILLAH

Oleh: Zikria Desi Anggraini

 

kupandang terus gerakanmu

dari pagi hingga kini tanpa rasa jemu 

meski hanya sedikit tak ingin melewatkanmu.

asam lambung bagai menari

tak mau kalah dengan gugupnya diri

denting waktu yang kian lama kian berlari

mengejar rasa gugup yang tak dapat dipungkiri.

kucoba untuk mendengarkan untaian sholawat

sebagai usaha melawan rasa yang teramat

membuat detak jantung tak bersahabat

terasa begitu kencang sangat

dan begitu nikmat.

kini tiba giliranku

merasakan yang dirasa kawanku

ujian komprehensif telah menantiku 

usaha dan doa yang menjadi andalanku

terimakasih untuk keluargaku

serta untuk kolegaku.

kini semua sudah terlewati

namun kegiatan selanjutnya masih menanti

tinggal persiapkan diri tuk dapat melewati

semua kegiatan dengan penuh hati-hati

agar hasil terbaik didapati.

alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah

terimakasihku padaMu dengan mengucap hamdallah

jalani semua dengan usaha dan berserah

secara tulus dan lillah.

kini tawa sudah terkembang

rasa gundah dan bimbang telah hilang

tinggal menanti jadwal yang akan datang.

 

Cilacap, 23 Agustus 2021




 

Sabtu, 21 Agustus 2021

SUDAH di TENGAH

SUDAH di TENGAH

Oleh: Zikria Desi Anggraini

 

Tegang tiada henti

Memikiri esok yang menanti

Memantapkan semua tuk menyiasati.

Jalanku sudah di tengah

Terus maju tiada kata kalah

Menapaki jalan tanpa rasa jengah

Meski hati tak mau berhenti merasa gelisah.

Keadaan mengharuskan tuk terus menunggu

Membuat penantian ini menjadi belenggu

Antrian panjang yang mengganggu

Tapi hari terus berlalu tanpa ragu

Waktu pun tak mau diganggu.

Setiap hari gelisah dan cemas

Anak di rumah maupun di kelas

Semua terus membuat was-was

Karena memang sudah menjadi tugas

Baik yang anyar maupun lawas

Harus bisa bersikap tegas.

Meski malas begitu jelas

Kuatkan tekad tuk memperjelas

Semua dibaca walau hanya sekilas

Agar esok dapat membalas

Walau kalimat penjelas.

Mendengar teman begitu riang

Hati pun senang tiada terbayang

Keraguan sedikit menghilang

Kini hati mulai lapang.

Panjatkan doa pada pemberi Rahmat

Agar esok dapat merasakan nikmat

Hasil akhir yang begitu hebat.

 

 

 

 

 

Ibu sambung untuk anak-anakku

Kali ini apalagi yang membuat Iren uring-uringan. Tak hentinya ia mengomel dari tadi pagi. Yang cucian tidak ada habisnya, kamar anak-anak b...