Minggu, 06 Februari 2022

Gabler

"Anggra..."
Kutolehkan wajahku. Ada sesosok laki-laki berbadan tinggi berkulit putih bersih, dan tak ada sehelai bulupun menghiasi kulitnya. Gagah tentunya. Bagiku yang masih bau kencur. Anak usia dua belas tahun, mencintai laki-laki kakak kelasnya. 

Kami berjanji bertemu di mushola depan rumahku. Kebetulan bulan Ramadhan. Kami berniat melantunkan sholawat bersama menanti sholat tarawih. Kegiatan yang selalu dilakukan disaat bulan Ramadhan. 

Gabler itulah nama panggilan gaulnya. Nama aslinya Sigit. Hubungan kami begitu lucu, dan unik.
Hampir setiap hari bertukar surat. Hanya sekedar bercerita tentang kegiatan kami hari itu, dan ungkapan betapa rindunya kami pada satu sama lain.

Untuk: Anggra
Anggra...kamu cantik banget. Tadi aku lewat depan rumahmu lho...kamu lagi nyapu. Aku mau manggil tapi ada bapakmu. Ga jadi. Takut kamu dimarahi bapakmu.
Dari: yang merindukanmu (Gabler)
Isi Sepucuk surat yang diselipkan Gabler dibuku berjanji (sholawat) untukku.

Segera ku buat surat balasan seusai membaca suratnya. 
Untukmu: Gablerku
Aku juga melihatmu, lewat depan rumah bersama kampleng (sahabat Gabler, nama aslinya Muji). Bukankah aku tersenyum padamu. Apakah kamu tidak melihatnya?
Aku juga ingin memanggilmu, tapi bapakku ada diteras. Aku takut bapak memarahimu.
Dariku yang merindukanmu "Anggra"

Begitulah hubungan kami, setiap hari bertukar surat. Jika bertemu, dari jauh saja jantung sudah berdebar kencang. Bergandengan tangan adalah hal yang sangat istimewa bagi kami.

Cara kami bertemu adalah dengan memanfaatkan momen-momen kegiatan yang diadakan oleh mushola. Setiap kali ada peringatan Isro mi'raj akan ada pengajian keliling. Disitulah kami memanfaatkannya untuk bertemu. Kami bersama-sama dengan yang lain berangkat bersama dengan baik sepeda. Aku dibonceng olehnya. 

Malam Ramadhan tentu jadi momen yang sangat membantu, karena kami tidak akan ketahuan. Kami saling berbalas sholawat menunggu Sholat tarawih. Kenangan yang tidak akan terlupa. Selain malam, setelah sholat subuh juga kami gunakan untuk jalan-jalan pagi. Tentunya dengan teman-teman yang lainnya, jadi bapakku tidak curiga.

Cinta pertama yang takkan terlupa. Masa remaja yang berkesan. Anak bau kencur yang untuk pertama kalinya merasakan debaran-debaran yang begitu indah. Pertama kalinya mempunyai pendapat tentang lawan jenis.

Kisah cinta yang hanya berjalan enam bulan, namun tak ada cacat dalam hubungan itu. Ya...karena tak ada kebencian dihati masing-masing. 
Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk berpisah dengannya. Karena alasan sekolah dan dilarang oleh orang tua. Keputusan sepihak dariku yang menyakitinya. Tapi bagi kami itu kenangan yang indah.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ibu sambung untuk anak-anakku

Kali ini apalagi yang membuat Iren uring-uringan. Tak hentinya ia mengomel dari tadi pagi. Yang cucian tidak ada habisnya, kamar anak-anak b...