Minggu, 27 Maret 2022

Ibu sambung untuk anak-anakku

Kali ini apalagi yang membuat Iren uring-uringan. Tak hentinya ia mengomel dari tadi pagi. Yang cucian tidak ada habisnya, kamar anak-anak berantakan lah, dan terakhir ku dengar omelannya tentang kamar mandi yang bau Pesing karena anak-anak lupa setelah pipis tidak menyiramnya. Yah... Kegiatan seorang ibu itu banyak sekali sejak bangun tidur sampai dengan tidur kembali. Meski banyak mengomel, tetapi dia tidak pernah melimpahkan kekesalannya kepada anak-anak atau padaku. Ya meski tetap kami akan mendengarkan Iren mengomel sendiri. 

Aku beruntung punya istri seperti Iren. Meskipun sering mengomel dibelakang, tetapi aku tahu itu hanya sebagai ungkapan agar hatinya tidak sesak, agar pikirannya bisa tetap waras. Aku mengatakan itu, sebab Iren tak pernah marah-marah padaku ataupun anak-anakku. Setiap kali aku pulang kerja, selalu disambutnya dengan senyum. Aku juga tak pernah melihatnya marah pada anak-anak jika mereka melakukan kesalahan. Misalnya memecahkan piring atau gelas tanpa sengaja. Jika itu terjadi, dia akan segera bergegas mendekati mereka dan menanyakan apakah mereka terluka atau tidak. 

Iren bukanlah ibu kandung dari anak-anakku, mungkin itu juga yang membuatnya tak pernah memarahi mereka meski mereka membuat kesalahan. Aku tahu, betapa kerasnya usaha Iren agar diterima oleh anak-anak. Dulu sebelum Iren menikah denganku Iren adalah seorang guru TK. Yah.. dia guru dari anakku yang paling bontot. Anakku ada empat dan kebetulan laki-laki semua. Paling besar kini duduk di bangku SMA, yang kedua di bangku SMP, yang ketiga dibangku SD dan si bontot TK. Jarak usia mereka rata-rata tiga tahun kecuali yang terakhir lima tahun. Ibu mereka meninggal saat melahirkan si bontot. Karena pendarahan menyebabkan istriku kehabisan darah, kami sudah berusaha dengan memberinya transfusi darah, namun takdirnya menghendaki hal yang berbeda, dia harus meninggalkan kami hidup tanpanya. Beruntung si bontot masih bisa diselamatkan, meski nyawa istriku harus dipertaruhkan dan tak bisa menyaksikan tangis anaknya. Setelah dilahirkan si bontot harus dirawat di inkubator selama enam bulan karena bobotnya yang begitu kurang dari bayi normal. Meski begitu dia bisa bertahan sampai sekarang. Aku bersyukur sekali atas kenikmatan itu. Sebelum mengenal Iren ibuku yang membantuku mengurus anak-anak. Maklum...aku tak bisa merawatnya sendirian karena harus bekerja untuk menafkahi mereka. Tadinya tak terpikirkan untuk menikah lagi, sampai aku bertemu dengan Iren disekolah si bontot. Alasan lainnya adalah suatu hari aku menyaksikan betapa kewalahannya ibuku saat merawat anak-anakku. Sehingga kuputuskan untuk mencarikan ibu untuk anak-anakku.

Dexa, Sandy, Theo dan Dery. Itulah nama anakku dari yang besar sampai paling bontot. Dexa begitu sayang pada ibunya, sehingga dia menentangku menikahi Iren. Namun berkat kegigihan Iren, akhirnya Dexa mau menerimanya. Kasih sayang yang Iren berikan untuk Dery membuat Dexa luluh. Bahkan dia selalu mengawasi gerak-gerik Iren dengan begitu teliti, kalau-kalau sikapnya dibuat-buat. Dexa mengira bahwa Iren hanya menginginkan harta ayahnya yang seorang pemilik sebuah pabrik textile. Seperti wanita yang pernah mencoba merayu ayahnya dulu bahkan saat ibunya masih hidup. 

Sandy anak yang pendiam, jadi ia tak pernah mengomentari apapun. Dia hanya akan bereaksi jika itu tidak sesuai dengan keinginannya. Tapi dengan sifatnya yang begitu, membuat Iren cukup kesulitan untuk memahami Sandy. Apa yang disukainya dan tidak disukainya. Jika diajak ngobrol juga tak banyak yang disampaikannya. Respon yang diberikan kebanyakan berupa anggukan atau gelengan kepala saja. Berbeda dengan Dexa dan Sandy, Theo dan Dery begitu mudah didekati, mungkin karena sifat mereka yang ceria, mudah bergaul dan juga masih anak-anak. 

"Astagfirullah... Kenapa berantakan sekali sie... Harus Beres-beres lagi, kapan mereka dewasa dan bisa merapikan kamar mereka sendiri," gerutu Iren saat melihat kamar tidur anak-anak. Aku tidak berkomentar karena tak ingin menyakiti hatinya. Sore itu kebetulan anak-anak bermain dengan teman-temannya di dalam kamar. Kamar mereka cukup luas sehingga teman-temannya bisa bermain disana. Memang kamar itu ku desain tidak hanya untuk tidur saja tetapi juga untuk tempat bermain. Terdapat dua tempat tidur tingkat untuk tempat tidur mereka, yang kuletakkan di bagian Utara kamar saling berhadapan antara keduanya. Disamping Utara terdapat kaca ditengah-tengah kasur. Dibagian Selatan kuletakkan lemari kabinet untuk tempat mainan mereka. Sedangkan almari pakaian mereka ada dilaci tempat tidur bagian bawah. Untuk meja belajar mereka berjajar dengan lemari kabinet. Pintu kamar ada disebelah timur. 

Bersambung...




Kamis, 03 Maret 2022

Keinginan Nico Untuk Sekolah

Pagi ini, Niko bangun begitu pagi, membuat ibunya heran. Kemudian menanyakan ada apa gerangan Niko begitu bersemangat. Ternyata hari ini pelajaran disekolah ditiadakan. Sontak sang ibu kaget dan bertanya kembali karena bingung, jika tidak ada pelajaran lalu apa alasan sang anak bergegas mandi pagi-pagi sekali untuk berangkat ke sekolah. Padahal tidak biasanya anaknya berperilaku seperti itu. Anaknya yang beberapa hari ini malas ke sekolah, kali ini justru sangat bersemangat dan itu karena tidak ada pelajaran.

Kali ini sang ibu semakin dibuat penasaran oleh Niko, karena tidak mendapatkan jawaban sama sekali. Niko mengenakan seragam olahraga dan sepatu sepak bola kemudian bergegas berangkat, padahal belum sarapan, sehingga mau tidak mau sang ibu ikut bergegas membuat bekal kemudian menyusul anaknya ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, ibu Niko semakin penasaran karena sekolah begitu sepi. Ditengoknya ke dalam ruang kelas, siapa tahu kelas sudah dimulai, tetapi tidak ada seorang siswa pun disana. Sontak ibu Niko terkejut kebingungan mencari anaknya, dia gelisah karena tahu anaknya belum sarapan. Tanpa pikir panjang, ibu Niko menelpon wali kelasnya karena tidak ada pemberitahuan apapun mengenai hari ini. Wali kelas pun menjelaskan bahwa sebenarnya hari ini adalah klas meeting, dan siswa semua sedang melakukan kegiatan di lapangan belakang yang kebetulan membelakangi kelas dan dibatasi oleh jalan raya. Lapangan itu baru saja menjadi milik sekolah belum lama ini.


Rabu, 02 Maret 2022

Mimpi Sari si anak Tukang Kebun

Setiap anak mempunyai mimpi. Mimpi yang bisa berubah sewaktu-waktu seiring bertambahnya usia. Itu juga yang dialami oleh Sari si anak tukang kebun. Di saat usianya empat tahun, jika ditanya besok kalau sudah besar mau jadi apa? Jawabnya mau jadi tuan putri. Jawaban yang sangat polos, mengingat usianya yang masih balita. Jawaban itu keluar karena temannya selalu dipanggil tuan putri oleh bapaknya sedangkan dia tidak.

Di usianya yang ke tujuh, Sari kembali ditanya oleh beberapa orang tetangganya saat berulang tahun, apakah gerangan mimpinya kalau sudah besar. Jawabannya sekarang berubah, dia ingin jadi nona. Saat ditanya alasannya kenapa, dia menjawab karena bapaknya selalu memanggil anak majikannya dengan nona bukan nama si anak.

Di saat ulang tahun yang ke lima belas, ternyata ada lagi yang bertanya tentang cita-cita nya, kali ini teman-temannya yang bertanya. Karena setiap kali melihat bapaknya yang selalu bekerja keras untuk menghidupi keluarga, Sari menjawab ingin menjadi nyonya besar. Temannya tertawa, sambil berkata, mana ada cita-cita begitu, yang ada cita-cita jadi dokter, pengusaha, mana ada nyonya besar, itu kan julukan, kata teman-teman Sari. Lalu ada salah satu temannya yang penasaran, apa maksudnya Sari dengan menjadi nyonya besar. Sari pun menjawab, bahwa dia kasihan setiap kali melihat bapaknya disuruh-suruh oleh nyonya besar tempat bapaknya bekerja. Sari ingin bapaknya tidak lagi jadi tukang kebon, tidak lagi dibentak-bentak dan dikata-katai kasar oleh majikannya. Jika dia jadi nyonya besar, bapaknya akan hidup dengan nyaman. Itulah mimpi sari yang polos yang ingin membalas jasa-jasa dari bapaknya. Yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya.

Jumat, 25 Februari 2022

bergolak

Kupasrahkan diri dalam kehampaan cinta
Merengkuh nalar yang nestapa
Tiada bertepi
Kugeluti jiwa yang meronta
Menghamba pada gelora rasa
Niscaya yang tak terelakkan
Menganga lubuk yang bergolak
Sungguh tiada berdaya
Jiwa tanpa daya
Menghamba pada pesona tiada rupa
Membelai rindu yang tak terpedaya
Engkau yang terus mengguyur
Rasa yang tak kau terima
Namun tak kau hempaskan jua




Sabtu, 12 Februari 2022

aku dan mertua

Mertua adalah kata yang memiliki banyak cerita. Dimana setiap menantu memiliki versinya masing-masing. Tidak berbeda denganku, mungkin banyak yang mempunyai mertua yang sama sepertiku. 

Aku lebih suka memanggilnya dengan mama jika ada yang menanyakan kabarnya atau menantikan aku bercerita tentangnya. Tak ada kata mertuaku, melainkan mamaku. Yach...karena beliau begitu menyayangiku seperti mamaku sendiri.

Mama mertua memperlakukanku seperti anak kandungnya sendiri. Aku bahkan terkadang lupa bahwa dia adalah mertuaku. Meski tak ku pungkiri ada kalanya aku merasa tidak nyaman. Akan tetapi itu hanya seujung jari saja. Ya, jika digambarkan dengan seluruh anggota badan maka hanya seujung jari itu aku merasa tidak nyaman, sedangkan semua bagian tubuh lainnya merasakan nyaman bahkan sangat nyaman.

Begitu pula dengan bapak mertua. Hanya ada sedikit perbedaan, karena kami jarang berkomunikasi, itu disebabkan karena bapak memang jarang bicara, jadi kami cukup ngobrol seperlunya saja. 

Mereka adalah orang tua keduaku. Keluh kesah kusampaikan kepada mereka. Aku bersama mereka sejak awal menikah hingga kini sudah hampir 13 tahun pernikahanku. Suka duka tentunya sudah kulalui bersama mereka.

Kata terimakasih tak akan cukup untuk menyatakan betapa bersyukurnya aku memiliki mereka. Dukungan selalu mereka berikan. Apalagi pada pekerjaan ku. Ya, meski aku harus meninggalkan anak-anak ku pada mereka, memberikan beban kepada mereka, tetapi tak ada keluhan yang mereka sampaikan. 

Mereka sangat menyayangi cucu-cucunya. Pekerjaan ku sebagai guru membuatku mau tidak mau harus meminta bantuan bapak dan mama mertua untuk menjaga dan menemani mereka bermain. Disaat anak pertama ku masuk TK, mama mertua juga yang harus menungguinya. 

Minggu, 06 Februari 2022

Gabler

"Anggra..."
Kutolehkan wajahku. Ada sesosok laki-laki berbadan tinggi berkulit putih bersih, dan tak ada sehelai bulupun menghiasi kulitnya. Gagah tentunya. Bagiku yang masih bau kencur. Anak usia dua belas tahun, mencintai laki-laki kakak kelasnya. 

Kami berjanji bertemu di mushola depan rumahku. Kebetulan bulan Ramadhan. Kami berniat melantunkan sholawat bersama menanti sholat tarawih. Kegiatan yang selalu dilakukan disaat bulan Ramadhan. 

Gabler itulah nama panggilan gaulnya. Nama aslinya Sigit. Hubungan kami begitu lucu, dan unik.
Hampir setiap hari bertukar surat. Hanya sekedar bercerita tentang kegiatan kami hari itu, dan ungkapan betapa rindunya kami pada satu sama lain.

Untuk: Anggra
Anggra...kamu cantik banget. Tadi aku lewat depan rumahmu lho...kamu lagi nyapu. Aku mau manggil tapi ada bapakmu. Ga jadi. Takut kamu dimarahi bapakmu.
Dari: yang merindukanmu (Gabler)
Isi Sepucuk surat yang diselipkan Gabler dibuku berjanji (sholawat) untukku.

Segera ku buat surat balasan seusai membaca suratnya. 
Untukmu: Gablerku
Aku juga melihatmu, lewat depan rumah bersama kampleng (sahabat Gabler, nama aslinya Muji). Bukankah aku tersenyum padamu. Apakah kamu tidak melihatnya?
Aku juga ingin memanggilmu, tapi bapakku ada diteras. Aku takut bapak memarahimu.
Dariku yang merindukanmu "Anggra"

Begitulah hubungan kami, setiap hari bertukar surat. Jika bertemu, dari jauh saja jantung sudah berdebar kencang. Bergandengan tangan adalah hal yang sangat istimewa bagi kami.

Cara kami bertemu adalah dengan memanfaatkan momen-momen kegiatan yang diadakan oleh mushola. Setiap kali ada peringatan Isro mi'raj akan ada pengajian keliling. Disitulah kami memanfaatkannya untuk bertemu. Kami bersama-sama dengan yang lain berangkat bersama dengan baik sepeda. Aku dibonceng olehnya. 

Malam Ramadhan tentu jadi momen yang sangat membantu, karena kami tidak akan ketahuan. Kami saling berbalas sholawat menunggu Sholat tarawih. Kenangan yang tidak akan terlupa. Selain malam, setelah sholat subuh juga kami gunakan untuk jalan-jalan pagi. Tentunya dengan teman-teman yang lainnya, jadi bapakku tidak curiga.

Cinta pertama yang takkan terlupa. Masa remaja yang berkesan. Anak bau kencur yang untuk pertama kalinya merasakan debaran-debaran yang begitu indah. Pertama kalinya mempunyai pendapat tentang lawan jenis.

Kisah cinta yang hanya berjalan enam bulan, namun tak ada cacat dalam hubungan itu. Ya...karena tak ada kebencian dihati masing-masing. 
Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk berpisah dengannya. Karena alasan sekolah dan dilarang oleh orang tua. Keputusan sepihak dariku yang menyakitinya. Tapi bagi kami itu kenangan yang indah.






Bak Primadona

Puber 
Kata yang tepat tersemat untukku saat itu. Bagaimana tidak. Masa itu aku mulai merasakan bahwa dia ganteng, dia manis, dia perpaduan keduanya. Kenapa banyak dia. 

Nas yang manis, Udin yang ganteng dan Eko yang perpaduan. Bak primadona, aku terbuai oleh godaan lamunan angan yang menjadi nyata. Ya... Mereka memperebutkan ku. Bak primadona desa. 

Sepucuk surat kuterima. Pernyataan Cinta dari Nas. Owh... betapa senangnya hatiku saat itu. Memang itu yang kutunggu. Disana tertulis
"Anggra... Kuberanikan mengungkapkan isi hatiku, setelah kuyakinkan kepada mereka bahwa akulah yang pantas untukmu."

Saat itu aku tak tahu makna sebenarnya dari kalimat itu. Ku hanya merasa sedikit bangga. Ya, karena tebakanku benar. Mereka bertiga memperebutkan aku. Dan memang yang paling kusukai, Nas yang manis. Senyumnya yang menampilkan lesung pipi. Tatapan matanya yang tak pernah dapat kubalas. Karena setiap kali dia menatapku, jantung ku serasa berhenti berdetak. Begitulah cinta dimasa puberku.

Cinta itu berlanjut. Tapi pertemananku dengan Udin dan Eko terhenti saat itu. Mereka menjauh setiap kali bertatap muka atau berpapasan. Ada kenikmatan yang hilang. Rasa diperebutkan. Apakah salah. Entah... 

Saat itu aku menikmati. Bahkan Nas bukanlah kekasihku satu satunya. Ada Beny dihatiku yang lain.


Ngga Banget

"Hei..." Sapa beberapa orang padaku.
"Hei..." Hanya kata itu yang bisa keluar. Tak ingin banyak basa basi. Hari ini tak ada apapun yang menarik bagiku. Rasanya hampa dan hambar. Betapa tidak? Aku lelah setelah beberapa hari belakangan mengurung diri dirumah dan meyesali semua yang sudah terjadi.

"Anggra..." Panggil seseorang dibalik jendela kantin.
Kutolehkan wajahku kearah asal suara, namun tak kudapati sesiapa disana.
Kembali kunikmati mendoan hangat dibalur sambal dan saus yang sedari tadi sudah kupesan.

"Hei..." Tetiba suara tak asing terdengar ditelinga sambil terasa tepukan panas dibahuku.
"Kau..." Pucat pasi seketika melihat sosok yang kini berdiri tepat di depanku. Betapa tidak, dia pria gila yang selama ini kuhindari. Ya... Kurasa dia gila, mengikuti kemana pun aku melangkah, terutama di kampus. Padahal kami awalnya beda jurusan, tapi entah bagaimana ceritanya tahu-tahu dia setiap hari ada dikelas yang sama denganku.

"Jangan gitu dong...masa lihat aku kaya lihat hantu, sakitnya disini tahu...," Sambil menunjuk ke arah dadanya. 
"Ngapain sie, you ngiklan terus...," Nadaku ketua dengan muka jutek.
" Kok gitu..."
"Emang harus gimana? Tegasku masih dengan muka jutek dan siap untuk get out.
Dengan sigap Nino menarik tanganku, mencegahku pergi. Dia selalu saja ngintil dibelakang ku kemanapun aku pergi. Membuat ku merasa risih.
"Hei...lepas, sakit...," Kuucap dengan tegas. Namun teriakanku tak berarti apapun untuk nya.

Kemanapun aku pergi selalu saja Nino mengikutiku. Entah dia tebal muka atau bego. Sudah berkali-kali dijutekin, dihina, tetep aja ngintil dibelakang ku. Entah kenapa aku masih sebel sama Nino. Yach... setelah sikapnya bulan lalu kepadaku. Mempermainkan hati wanita mungkin hobinya, sehingga dengan mudah dan enteng dia melupakan peristiwa itu. Rasanya engga banget hari ini. 




DALAM DIAM

 DALAM DIAM

Oleh: Zikria Desi Anggraini


Diam katanya emas

Bagaimana jika tertawa lepas

Istilah apa yang cocok untuk mengemas.

Diam ini membingungkan

Rindu tertawa riuh bersama kawan

Kemanakah kebersamaan yang ku rindukan?

Hilang bak tertelan waktu hingga tak terelakkan.

Wahai kawan, kesibukan apa yang kau kerjakan

Sehingga temanmu ini merasa terabaikan

Bahkan seperti telah terlupakan

Kabar pun tak ditanyakan

Ini sungguh memilukan.

Meski hampa begitu dirasakan

Bahkan tawa pun tersekat ditenggorokan

Harus berusaha menghadapi semua kenyataan

Mencoba fokus pada hal yang dikerjakan

Meski semua terasa memekakkan 


Tak ada yang berkawan.

Diamku sedang menerawang

Anganku seakan berperang

Hatiku teriak mengerang

Ku ingin berdendang

Juga tertawa riang.

Akankah kutemukan kembali

Masa yang dulu pernah menjejali

Hari-hari yang penuh sesak bak tertali 

Namun itu kunikmati penuh tanpa kendali.

Dalam diamku ada rasa yang tak dapat dimengerti

Kerinduan



Memori Tentangmu

Rintik hujan pagi ini, membuaiku dalam sebuah memori yang takkan pernah bisa terhapus.

"Bolos yuk..."
"Kan hari ini ada ulangan Bahasa Inggris, ntar nilai kita langsung kebakar kalau bolos..."
"Yahhh...emang kamu ga tahu kalau ulangannya ga jadi, Bu Herny kan ijin hari ini..."
"Trus gimana nasib ulangan hari ini?"
"Yach ga tahu, tadi pak Edi ngumumin di kelas katanya ulangannya ga jadi karena Bu Herny berhalangan hadir, anaknya sakit."
"Owalah...aku sie kemana tadi?" Sambil cengar-cengir.
"Lagian hari ini kita cuma bersih-bersih buat tes besok."
"Ok dech...Otw kemana kita?"
"Goa Jatijajar."
"Ok..."

Setelah isi absen kelas aku dan Benny pergi ke Goa Jatijajar.

Kami mengendarai motor Ninja berwarna Hijau muda miliknya. 
Diperjalanan handphone berdering.
"Ben... Berhenti dulu...tuh Handphone mu bunyi."
"Biarin aza...nanti disana baru dibuka, kalau penting nanti juga telpon lagi."
"Ok."

Baru sekitar sepuluh menit berlalu, dering handphone kembali berbunyi, kali ini berkali-kali sehingga merusak konsentrasi Benny. Benny merogoh ke saku celananya. 
"Berhenti aza Ben....!"
"Bahaya tau...naik motor sambil pegang HP!"
"Ngga papa, aku cuma mo ambil, nanti kamu yang angkat."

Baru beberapa saat aku selesai berucap, ternyata kami melewati perempatan.
Lampu merah menyala diarah kami, tapi Benny tidak menyadarinya. Dari arah berbeda mobil melaju kencang dan menabrak kami.

Aku terpental jauh, sekitar 10 meter. Benny terdorong jauh dan menghantam tembok sebuah rumah warga.
Aku sempat berteriak memanggil Benny, tapi dia tak menyahut. Setelah itu aku pingsan karena benturan benda keras dikepalaku. Saat aku terbangun, aku sudah berada di RS. 

"Benny...," teriakku saat siuman.
Mamaku terperanjat dari tidurnya mendengarku berteriak.
Saat itu jam dua dini hari dihari ketiga setelah kecelakaan itu.
"Kamu sudah sadar sayang...?" tanya mamaku sambil berlinang air mata. Entah perasaan apa yang dirasakannya saat itu. Rasa syukur atas keadaaan putrinya yang sudah siuman dari pingsan selama tiga hari, juga sedih karena jika putrinya tahu Benny pacarnya meninggal tentu sang putri akan sangat bersedih. Karenanya mama tak mengatakan apapun soal Benny.

"Semoga engkau tenang disana dan mendapatkan tempat yang layak disisiNya," doaku dalam setiap akhir sujudku teruntukmu kekasihku.



Senin, 29 November 2021

PAS hari kedua

Pagi ini begitu cerah, namun tak secerah hatiku. Sebenarnya aku sudah bersemangat karena hari yang indah. Sudah kupersiapkan apa yang akan kulakukan dengan siswaku hari ini. Tapi lagi-lagi, mereka membuat hatiku kecewa. Tugas yang seharusnya dikumpulkan hari ini, hanya sebagian kecil yang mengerjakan. Tenggat waktu tiga hari. Apakah terlalu singkat?
Tugas membuat embalase, dan itupun boleh melihat atau mencontoh langsung dari produk yang biasa mereka temui.
Apakah itu terlalu sulit?
Jika iya mengapa ada yang bisa?
Seharusnya mereka mau berusaha. Aku tak menuntut harus sempurna. Aku juga tak menuntut untuk dihormati yang berlebihan. Aku hanya mengharap mereka menghargai. Menghargai hidup mereka sebagai siswa. Yang sudah tentu dipenuhi dengan kegiatan belajar dan tugas.
Aku hanya ingin mereka berusaha yang terbaik, maka akupun akan berusaha semampuku memberikan yang terbaik.

Sudah...sudah ku usahakan... tapi mereka tak mengerti, atau mereka tak mau mengerti. 
Apakah aku yang tidak pernah bisa mengerti?

kalian

Pagi yang cerah
Tak sama dengan kalian
Apa yang harus aku lakukan
Setiap kali seperti ini

Sudah kukatakan
Semua yang kurasakan
Dan apa yang kuinginkan
Mengapa kalian tetap seperti ini

Kuikuti apa yang kalian mau
Kuusahakan apa yang kubisa
Kuberikan apa yang kalian mau
Tapi kalian tetap seperti ini

Apa yang harus kulakukan
Agar kalian mengerti semua 
Apa yang harus kukorbankan
Agar kalian mau memahami 
Agar kalian berhenti 
Bersikap seperti ini

Kalian harapan bangsa
Mari maju bersama
Menggapai cita

Zikria Desi Anggraini
Kroya, 30 Nopember 2021

Senin, 23 Agustus 2021

ALHAMDULILLAH

ALHAMDULILLAH

Oleh: Zikria Desi Anggraini

 

kupandang terus gerakanmu

dari pagi hingga kini tanpa rasa jemu 

meski hanya sedikit tak ingin melewatkanmu.

asam lambung bagai menari

tak mau kalah dengan gugupnya diri

denting waktu yang kian lama kian berlari

mengejar rasa gugup yang tak dapat dipungkiri.

kucoba untuk mendengarkan untaian sholawat

sebagai usaha melawan rasa yang teramat

membuat detak jantung tak bersahabat

terasa begitu kencang sangat

dan begitu nikmat.

kini tiba giliranku

merasakan yang dirasa kawanku

ujian komprehensif telah menantiku 

usaha dan doa yang menjadi andalanku

terimakasih untuk keluargaku

serta untuk kolegaku.

kini semua sudah terlewati

namun kegiatan selanjutnya masih menanti

tinggal persiapkan diri tuk dapat melewati

semua kegiatan dengan penuh hati-hati

agar hasil terbaik didapati.

alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah

terimakasihku padaMu dengan mengucap hamdallah

jalani semua dengan usaha dan berserah

secara tulus dan lillah.

kini tawa sudah terkembang

rasa gundah dan bimbang telah hilang

tinggal menanti jadwal yang akan datang.

 

Cilacap, 23 Agustus 2021




 

Sabtu, 21 Agustus 2021

SUDAH di TENGAH

SUDAH di TENGAH

Oleh: Zikria Desi Anggraini

 

Tegang tiada henti

Memikiri esok yang menanti

Memantapkan semua tuk menyiasati.

Jalanku sudah di tengah

Terus maju tiada kata kalah

Menapaki jalan tanpa rasa jengah

Meski hati tak mau berhenti merasa gelisah.

Keadaan mengharuskan tuk terus menunggu

Membuat penantian ini menjadi belenggu

Antrian panjang yang mengganggu

Tapi hari terus berlalu tanpa ragu

Waktu pun tak mau diganggu.

Setiap hari gelisah dan cemas

Anak di rumah maupun di kelas

Semua terus membuat was-was

Karena memang sudah menjadi tugas

Baik yang anyar maupun lawas

Harus bisa bersikap tegas.

Meski malas begitu jelas

Kuatkan tekad tuk memperjelas

Semua dibaca walau hanya sekilas

Agar esok dapat membalas

Walau kalimat penjelas.

Mendengar teman begitu riang

Hati pun senang tiada terbayang

Keraguan sedikit menghilang

Kini hati mulai lapang.

Panjatkan doa pada pemberi Rahmat

Agar esok dapat merasakan nikmat

Hasil akhir yang begitu hebat.

 

 

 

 

 

Jumat, 20 Agustus 2021

Mata tak mau terlelap

Mata tak mau terlelap

Oleh: Zikria Desi Anggraini

 

Kantuk datang di waktu petang

Tetapi mata tetap saja menantang

Gundah hati pun datang menerjang.

Hati gelisah bak perawan

Menunggu datangnya lamaran

Tadi sudah mendengar kabar kawan

Nilainya sungguh sangat diluar dugaan.

Diri langsung tertantang tuk mendapati

Yang setidaknya sama agar tak terlewati

Namun malas selalu datang menyelimuti

Merasa lelah tak berdaya yang didapati

Hanya terpecut namun tak menuruti.

Ingin membaca namun hati bimbang

Karena mata terasa mengambang

Pikiran masih saja terkekang

Belenggu resah tak jua menghilang

Gawai dibuka sebagai upaya berjuang

Belum dicoba nyanyian kantuk berdendang.

Doa malam pun dipanjatkan pada sang kuasa

Berharap di malam nanti dapat terbiasa

Merangkai kata yang luar biasa

Menunjukkan diri telah bisa

Menempuh waktu yang tersisa.

Menuliskan semua yang dialami

Membuat hati lebih terobati

Mata akhirnya mengerti

Kantuk yang menyelimuti.

Semoga esok fajar lebih cerah

Memberikan senyumnya walau secercah

Agar gundah hilang jauh ke negeri antah berantah.

 

Cilacap, 20 Agustus 2021

 

 

 

 

 

MENANTI UJIAN

 

 MENANTI UJIAN

Oleh: Zikria Desi Anggraini

 

Tak terasa hari terus berlalu 

awalnya kupikir aku takkan mampu

menjalani semua yang masih membuatku ragu

keraguan selalu datang memburu hati yang rapuh

jiwa yang merindukan bayang yang jauh

tak menahu apa yang ditempuh

hanya bisa mengeluh

 sepotong hati yang merindui

ketentraman jiwa yang hilang bak dibui

duka nestapa merasuki kalbu dan menghantui 

tanpa memikir takdir illahi yang tak pernah diketahui

kerapuhan hati memporak porandakan kisah yang belum dilalui 

beginilah jika hati dan pikiran tak mau berjalan beriringan

 jantung berdegup kencang bak maling kelimpungan

memikirkan ujian yang akan segera dilaksanakan

persiapan matang pun tak menjadi jaminan

karena kemampuan harus dipertanyakan

mampukah aku tuk melaksanakan

Wahai Engkau Tuhanku

berilah kelapangan dalam hatiku

agar dapat melangkah melalui kisahku

menjalani apa yang Engkau jadikan takdirku

dengan pikiran tenang yang bertahta dalam jiwaku

kisah demi kisah telah terdengar begitu indah

semoga esok menjelang tidak akan berubah

agar senyumku mengembang merekah

mewarnai hari-hari yang cerah

kini debar jantungku masih cukup kencang

tapi rasa gundah dihatiku telah sedikit menghilang

mendengar kisah bahwa sang penguji ternyata orangnya riang

 

Cilacap, 20 Agustus 2021



 


PENCERAHAN

PENCERAHAN

Oleh: Zikria Desi Anggraini

Pertama Bersama rasa tak berdaya
Bagai tong kosong dipukul nyaring suaranya
Tak ada kata yang dapat diungkapkan untuk bergaya.

Pertanyaan datang tak terelakkan
Tak ada waktu tuk dapat mengurai jawaban
Semua pertanyaan yang hanya melintas dipikiran
Tanpa memiliki kesempatan menguntai kata yang sejalan.
Kata-kata bak tertelan oleh waktu yang berjalan dengan cepat
Tak terasa pagi sudah hilang dan sore pun mulai merapat
Tumpukan tagihan datang tanpa penghambat
Hanya aku yang selalu saja berkutat
Karena tak bisa bekerja cepat.

Usaha terus dilakukan
Meski menguras tenaga dan pikiran
Jiwa dan raga dipaksa bekerja diluar kekuatan
Karena tak terbiasa berjalan di jalan yang penuh lekukan
Kerikil tajam yang menghantam tak pernah melintas dibayangan
Yang ada hanya sebuah dilema yang berkutat tanpa adanya jawaban.
hari pencerahan pun akhirnya datang dengan penuh penjelasan
Beliau dengan penuh kebijakan mengungkap segala alasan
Hanya sebuah kebaikan yang ingin beliau hasilkan
Dengan segala bimbingan yang beliau lakukan
Tanpa pamrih tanpa mengharap imbalan.

Terimakasih kini diucapkan
Atas bimbingan yang telah diberikan
Dengan penuh upaya telah engkau lakukan
Membimbing kami yang memiliki banyak kekurangan.

Dari beliau sang dosen pembimbing telah keluar ungkapan
Dari pada mahasiswa menangis di belakang lebih baik menangis di depan
Karena dimasa mendatang perubahan zaman akan jauh lebih banyak tantangan.

Cilacap, 18 Agustus 2021

 

Sabtu, 31 Juli 2021

Pantun Kemerdekaan

 PANTUN KEMERDEKAAN

Oleh Zikria Desi Anggraini


Menarik bendera penuh perjuangan

Nyawa menghilang tiada mengapa

Mari gembira sambut kemerdekaan

Tanpa penghalang tanpa nestapa


Pasir dipantai berbatu-batu

Batu diambil untuk mainan

Mari pakai slogan bersatu

Tampil maknai kemerdekaan


Berbelok-belok jalan di taman

Memakai sendal untuk proteksi

Rengasdengklok penuh kenangan

Saksi awal teks proklamasi


Siti Rahmawati istri Bung Hatta

berkebaya santun sungguh serasi

Mari peringati dengan berpesta

Membuat pantun tema proklamasi

 

Jiwa Yang Awam

Jiwa Yang Awam

Oleh: Zikria Desi Anggraini


Pagi yang mendung
Seolah tak ingin mendukung
Segala aktivitas jadi terkungkung

Terkungkung kenyataan tak berarti
Hasrat jiwa yang selalu menanti
Gundah hati yang tiada terobati
Nestapa yang tiada mengerti

Jiwa terpajang bagai pelangi
Tangis sendu selalu mengiringi
Senyum tawa ingin mendampingi
Perjuangan panjang akan kuarungi
Demi engkau yang ku sayangi

Tangismu tak dapat kuhindari
Jiwaku berusaha tuk mengingkari
Kesedihan yang terpatri dalam diri
Meski sesal sering membanjiri
Jiwa yang rapuh kuatkan diri
Demi kalian aku berlari

Jiwa yang masih awam
Menelusuri untaian alam
Wahai sang pemberi kalam
Sinari jiwa yang temaram
Sujudku di ujung malam

Wahai sang pencipta 
Kuatkan jiwa yang meronta
Dalam diri sungguh nyata
Hidup yang perlu ditata

Allah Maha Pencipta
Pemilik alam semesta
Ridhoi secara nyata

Rabu, 28 Juli 2021

Kita Lulus Bersama

Kita Lulus Bersama

Oleh: Zikria Desi Anggraini

 

Tantangan datang bersama

Keduanya diwaktu yang sama

PPG dan PPPK seiring seirama

 

Tugas datang penuh kejutan

Hari menjelang penuh harapan

Semua berjalan dengan tujuan

Berjuang demi masa depan

 

Tugas datang tanpa berita

Otak selalu dipaksa untuk mendata

Mata dan telinga dibuka dengan nyata

Tanpa istirahat seolah menjadi derita

Karena Keahlian tidak tertata

 

Jiwa dan raga harus terbiasa

Siap mengalihkan perhatian tanpa terasa

Waktu yang berjalan lambat begitu dirasa

Ingin menjerit meluapkan semua rasa

semuanya sungguh menyiksa

 Kegiatan yang tiada biasa

 

Berjuang melawan tantangan

Tanpa ragu menganggap semua kawan

Memotivasi teman menjadi makanan

Taka da musuh ataupun lawan

Senasib sepenanggungan

 

Setiap kesulitan selalu diatasi

Setiap kelompok berbagi informasi

Kekompakan menjadikan prestasi

Menghilangkan rasa frustasi

 

Tiada usaha yang percuma

Kesulitan dihadapi Bersama

Jargon kita lulus bersama

Ibu sambung untuk anak-anakku

Kali ini apalagi yang membuat Iren uring-uringan. Tak hentinya ia mengomel dari tadi pagi. Yang cucian tidak ada habisnya, kamar anak-anak b...